Jakarta, Mediaperkebunan.id
Kabupaten Indragiri Hilir saat ini sudah menghasilkan berbagai jenis produk hilir kelapa oleh kelompok tani. “Sekitar 50 produk hilir kelapa sudah kita hasilkan mulai dari minyak kelapa, VCO, makanan berbasis kelapa, gula merah, tepung kelapa, dry coconut, kecap, kerajinan batok dan lain-lain. Masalahnya adalah kualitas yang perlu ditingkatkan dan ekspansi pasar,” kata H.M Wardan, Bupati Indragiri Hilir pada Dialog Nasional “Membangun Literasi Kelapa Menuju Kedaulatan Produksi Pangan Dalam Negeri” yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional dan Sahabat Kelapa Indonesia.
Kabupaten Inhil sudah membuat BUMD PT Kelapa Inhil Gemilang (KIG) untuk mengembangkan pasar hilir kelapa yang dibuat kelompok tani ini. Di Inhil ada 197 desa, masing-masing diinstruksikan membuat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dengan unit usaha kelapa. PT KIG yang membina bumdes sekaligus memasarakan produknya.
Saat ini PT KIG sudah membuat resi gudang kopra bekerjasama dengan Bapepti. PT KIG juga sudah membuat MoU dengan PT Rekadaya Multi Adiprima (anak perusahaan Astra) untuk memanfaatkan sabut kelapa sebagai papan. Perusahaan lain yang menjalin kerjasama adalah Cahaya Buana Group produsen spring bed dan furniture ternama di Indonesia utuk membuat spring bed dengan bahan baku sabut kelapa. Peletakan batu pertama sudah dilakukan.
Luas kebun kelapa di Inhil 389.037 ha atau 11,39% dari luas kebun kelapa nasional, terdiri dari 340.778 ha milik rakyat dan 48.264 ha perusahaan yang menanam kelapa hibrida. “Hampir 70% masyarakat Inhil hidupnya tergantung pada kelapa. Fluktuasi harga kelapa yang luar biasa sangat mempengaruhi perekonomian Inhil,” katanya.
Akhir tahun 2017 harga kelapa Rp3400-3500/butir waktu itu ekonomi bergairah sekali. Tahun 2018 harga mulai turun dan puncaknya awal 2020 hanya Rp600/butir. Waktu itu banyak mahasiswa asal Inhil di luar daerah putus kuliahnya karena tidak mampu lagi membiayai. Saat ini harga kelapa sudah bagus Rp2500/butir.
Kebun kelapa rakyat tanaman menghaslkan seluas 263.445 ha, tanaman belum menghasilkan 16.303 ha dan tanaman tua/rusak 61.025 ha. Tanaman rusak karena saluran air rusak sehingga tergenang, juga serangan hama kumbang tanduk, kumbang badak, monyet, tupai, dan babi hutan yang menyerang tanaman muda.
“Kalau kita bandingan kontras sekali kebun kelapa milik perusahaan dan masyarakat. Kebun kelapa milik perusahaan terawat dengan baik dan dipupuk, sedang kebun masyarakat banyak yang bolong-bolong dan tidak dipupuk. Kami masih mencari investor untuk memperbaiki 61.025 ha kebun kelapa yang rusak ini,” katanya.
Peremajaan kelapa sudah dilakukan sejak 2009 sebesar 9.481 ha yang bersumber dari APBN 5.555 ha, APBD Provinsi 1.942 ha dan APBD Kabupaten 1.984 ha. Peremajaan menggunakan bibit kelapa unggul Sri Gemilang asal Inhil.
Produktivitas mencapai 116,5 butir/pohon atau 2,84 ton kopra/ha lebih tinggi dari produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 1,11 ton/ha. Keunggulanya mampu beradaptasi pada lahan pasang surut dan memiliki ketahanan terhadap hama penyakit. Saat ini sudah ada 10 penangkar sedang yang bersertifikat baru 3, kebun induk 25 ha, dan Blok Penghasil Tiggi 964.5 ha tersebar di 10 kecamatan.
Wardan juga menyatakan bahwa tahun ini Kabupaten Inhil mendapat bantuan Rp10 miliar untuk membangun perpustakaan dari Perpustakaan Nasional. Perpustakaan itu nanti akan ada pojok kelapa di salah satu lantainya untuk meningkatkan literasi kelapa masyarakat Inhil.