Kelapa semuanya ada di daerah yang sulit dijangkau dengan aksebilitas rendah dan dikelola oleh oleh petani yang minim pengetahuan, modal dan akses. Di satu sisi Industri berbasis kelapa oleh pemerintah tidak termasuk yang layak mendapa intensif.
“ Seharusnya kalau membawa industri ke daerah terpencil diberi insentif. Ini menyangkut rakyat kecil. Satu sisi pemda tidak welcome dengan iklim investasi, belum persoalan dikotomi pengusaha dengan masyarakat yang dianggap berlawanan dan bukan mitra. Kalau pengusaha masuk dilihat curiga terutama di daerah. Belum lagi begitu banyak orang yang mewakili rakyat entah lsm, seperti mengajak masyarakat berhadapan dengan investor. Pemda tidak berada di tengah karena masalah politik tidak mau ambil risiko. Maka industri kelapa sulit berkembang,” kata David Allorerung, pengamat/praktisi kelapa.
Bahan baku ada tetapi industri kecil tidak mampu menyerap karena masalah kemampuan pasar. Ada saran supaya masing-masing daerah mengembangkan industri kecil kelapa. Dalam tingkat tertentu benar tetapi akhirnya pasar akan jenuh.
Seharusnya semua harus berkembang, industri mikro, kecil, menengah dan besar. Tidak harus dalam satu rangkaian karena masing-masing punya sasaran market berbeda dan tingkat kecanggihan produk berbeda. Contohnya kemasan nata de coco dalam gelas plastik di pasar tradisional mungkin laku, tetapi akan berbeda kalau dibawa ke supermarket atau ekspor.
Harus ada perubahan cara pandang dan pendekatan. Perusahaan-perusahaan tidak akan tertarik lagi masuk ke perkebunan kelapa karena produksi tidak akan mampu membayar biaya operasional. Perusahaan hanya bisa masuk ke olahan produk tertentu sedang bahan baku dari petani.
Supaya sustainable maka harus ada kerjasama petani dengan perusahaan. Diskusikan model kerjasama seperti apa yang ideal. Disinilah pemerintah bisa berperan. Pemerintah kalau berperan membantu benih, pupuk dan lain-lain tidak sustainable.
Pemerintah harus menciptakan iklim pengusaha nyaman berkerjasama dengan petani. Petani sendiri harus mendapat manfaat maksimal. Hal ini tidak mudah karena kecurigaan pengusaha bahwa petani sulit diajak kerjasama, mudah ingkar janji. Sedang petani selalu curiga perusahaan ingin untung sendiri.
Pemerintah harus menyiapkan petani masuk dalam sistim modern dimana perjanjian dihargai. Antara petani kelapa dengan pengusaha harus ada wasit yang benar dan mempersiapkan semua pihak menghargai penjanjian supaya sustainable. Kalau ada satu pihak ingkar pasti ambruk.
Petani kelapa baik kelompok atau sendiri-sendiri tidak punya kapasitas membangun industri yang diserap market modern. Desicated Coconut dan santan misalnya butuh tingkat kemanan pangan, kebersihan dan jaminan kualitas. Kalau tidak ada pasar pasti ragu menerimanya padahal nilai tambahnya ada disitu.