Jakarta, Mediaperkebunan.id – Industri makanan minuman sesuai dengan mutu yang diinginkan dan regulasi di Indonesia ini membeli gula dari PG Rafinasi. Kebutuhan Gula Kristal Rafinasi untuk industri aneka pangan di Indonesia 3,5 juta ton/tahun. Izin impor GKM (Gula Kristal Mentah) tahun 2021 3.305.000 sedang realisasi 3.303.772 ton, 2022 izin 3.480.750 ton realisasi 3.478.807 gon, 2023 izin 3.619.980 ton realiasasi 3.474.268 ton, 2024 izin 3.685.000 ton, realisasi sampai Agustus 2.463.678 ton.
Adhi Lukman Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia menyatakan hal ini. Impor gula keseluruhan tahun 2023 5.069.455 ton dengan impor terbesar dari Thailand 2.374.009 ton, kemudian Brasil 1.467.981 ton, Australia 892.800 ton, India 311.356 ton. Indonesia pernah jadi importir besar tahun 2022 1.612.271 ton dan tahun 2021 1.967.271 ton tetapi sejak ekspor dibatasi karena kebutuhan dalam negeri besar maka impor dari India semakin mengecil.
Industri makanan minuman tetap membutuhkan GKR (Gula Kristal Rafinasi) dengan spesifikasi sesuai dengan proses dan mutu produk yang dihasilkan. Industri pangan terus tumbuh sesuai pertumbuhan permintaan ditunjang oleh pertumbuhan penduduk serta peningkatan PDB perkapita.
Trend kedepan, ada perubahan pola konsumsi gula terkait dengan kesadaran pola hidup sehat. Reformulasi, namun permintaan tetap tumbuh karena adanya inovasi variasi produk sesuai permintaan konsumen. Ada alternatif penggunaan pemanis lainnya, namun fungsi gula (sukrosa) tidak bisa digantikan secara keseluruhan.
Peningkatan kebutuhan gula perlu diimbangi dengan pembenahan sektor produksi hulu (penambahan luas lahan, manajemen pertanian, benih unggul, revitalisasi industri dan peningkatan produktivitas). Swasembada gula seperti yang dicanangkan dalam Perpres 40/2023 perlu dicapai dengan kerjasama berbagai pihak.
Industri makanan dan minuman perlu bahan baku seperti gula yang ketersediaan cukup dan tersedia setiap saat ketika dibutuhkan; kualitasnya sesuai dengan kebutuhan industri, halal, sesuai dengan regulasi pemerintah dan harganya kompetitif untuk menjaga produk makanan minuman kompetitif di pasar internasional.
Industri makanan dan minuman di Asia saat ini sedang memprirotaskan pengurangan gula dan garam dalam produknya. Pasar global untuk gula alternatif tahun 2025 USD20,6 miliar. Industri makanan dan minuman Indonesia menyadari bahwa prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) terus meningkat dan jadi tantangan bagi bangsa dan negara Indonesia dalam pencapaian Indonesia emas tahun 2045.
Industri makanan dan minuman mendorong upaya pemerintah mendorong pola hidup sehat guna meminimalisir dan menurunkan prevalensi PTM. Konsumsi gula yang ideal adalah 4 sendok makan/hari (50 gr/hari).
Gula memainkan peranan penting dalam industri makanan dan minuman yaitu sebagai pemanis yang bersih, tidak ada aftertaste setelah dikonsumsi; bagi beberapa makanan tradisional gula membuat struktur dan tekstur, terutama untuk roti dan selai, juga membantu kerenyahan dan tekstur biskuit; sangat penting dalam proses browning (menjadi kecoklatan) yang membuat roti dan kue berwarna keemasan dan rasa yang khas; berperan sebagai pengawat alami, selai yang kadar gulanya kurang harus disimpan di lemari es; tidak ada satu bahanpun yang mampu menggantikan gula yang mempunyai banyak fungsi dalam satu waktu. Menggantikan gula sering harus ditambah dengan bahan lain dan aditiv yang membuat kalorinya bertambah.