SAMARINDA, Perkebunannews.com – Industri tidak akan maju tanpa adanya perlindungan terhadap produsen bahan baku. Karena itu industri minyak atsiri harus berbagi resiko bersama petani disaat harga komoditas turun.
Hal itu ditegaskan Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Agus Wahyudi pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KNMA) 2019 di Samarinda, Rabu (16/10). Acara yang diselenggarakan Dewan Atsiri Indonesia (DAI) itu dihadiri berbagai pemangku kepentingan.
Kementan melalui Ditjen Perkebunan sudah mulai membangun rantai pasok dengan satu pembagian resiko. “Karena itu saya menghimbau melalui konferensi ini bahwa kita sama-sama membangun sebuah kemitraan antara petani dengan industri,” ujar Agus.
Agus menekankan, jika industri belum mampu menjual dalam bentuk produk final maka resiko harga turun harus ditanggung bersama. “Itu ide sebuah kemajuan,” tandasnya.
Agus mencontohkan Thailand yang industrinya maju tidak 100 persen resiko harga ditransfer kepada petani. Karena itu harus dibangun sebuah kemitraan bersama sehingga disaat harga naik dinikmati bersama. Sebaliknya jika harga turun juga harus berbagi resiko.
Menurut Agus, jika saling memproteksi itu adalah bagian dari kemajuan bersama. Dirinya pun bingung dengan fluktuasi harga lebih dari 100 persen.
Agus menyebutkan, minyak nilam harganya pernah Rp 1,5 juta. Namun turun sampai Rp 200 ribu. Minyak sereh wangi harga pernah Rp 300 ribu/kg, turun hingga Rp 120 ribu.
“Apakah semua resiko itu ditanggung petani? Rasanya gak tega kita mentransfer seluruh resiko kepada petani,” ujar Agus. YR