JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Benih merupakan faktor pertama kunci keberhasilan dalam industri perkebunan kelapa sawit. Dari 58 varietas kelapa sawit berkapasitas 250 juta benih, Indonesia menjadi super power di bidang kelapa sawit dunia.
Demikian dikatakan Direktur Research and Development PT Sampoerna Agro Tbk Dwi Asmono dalam webinar bertema “Akselerasi Teknologi Pemupukan Kelapa Sawit Secara Berimbang dan Berkelanjutan”, Selasa (9/3). Turut hadir Prof Dr Didiek Hadjar Goenadi, PhD sebagai pembicara.
Dwi menuturkan, luas perkebunan kelapa sawit saat ini mencapai 16,3 juta hektar (Ha) menempatkan Indonesia menjadi nomor satu produsen sawit terbesar di dunia. Jika dibandingkan luasnya setara dengan luas industri jagung di Amerika Serikat.
Menurut Dwi, jika dirunut kebelakang yang paling berhasil adalah dari sisi up stream atau on farm. Jika berbicara on farm ada beberapa kunci, pertama adalah planting material atau benih.
Di Indonesia ada 58 varietas benih sawit dengan kapasitas 250 juta. “Positioning kita ini luar biasa dari sisi planting material dan kita tidak perlu khawatir. Indonesia adalah super power di bidang kelapa sawit,” ungkap Dwi.
Kedua, adalah penggunaan nutrisi tanaman dalam hal ini pupuk. Esensi pemupukan kelapa sawit sangat fondamental. Meski aspek pupuk sudah sering dibicarakan.
Pupuk merupakan faktor fondamental karena 60 persen input yang diberikan pada on farm adalah pupuk. “Tanpa pemupukan yang seimbang dan tepat tentu keberhasilan di on farm kita tidak akan tercapai seperti saat ini,” ujar Dwi.
Ketiga adalah best practices. Menurut Dwi, ke depan implementasi teknologi farming adalah satu pilihan. Sudah saatnya untuk bergerak menggunakan high technology seperti kamera dalam perkebunan.
Mesk demikian, apa pun yang dilakukan basisnya adalah data. PT Sampurna Agro pun sungguh-sungguh dengan membangun Intergrated Laboratory PT Binasawit Makmur di Palembang. “Alhamdulillah pada 21 Januari 2021 lalu bahwa Integrated Laboratory PT Sampoerna Agro Tbk dinyatakan telah mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN),” ujar Dwi. (YR)