2019, 30 November
Share berita:

Karet sebagai material peredam getaran digunakan untuk ban, bantalan mesin, bantalan jembatan, bantalan rel KA, dock fender dan lain-lain. Sedang material yang tahan elastik, tahan kikis, tahan lingkungan digunakan untuk sol sepatu, selang dan seal gas/minyak, alat kontrasepsi, alat kesehatan dan lain-lain. Penggunaan karet di dunia secara umum 65% ban kendaraan bermotor, 20% barang teknik dan industri, 10% barang keperluan umum dan 5% barang jadi lateks. Dadi Maspanger, Peneliti Senior Pusat Penelitian Karet Indonesia menyatakan hal ini.

Sifat karet alam adalah elastis dan peredam getaran, tahan minyak tetapi mudah terdegradasi dan tidak tahan panas. Sedang karet sintetis yang terbuat dari minyak bumi kholoperen tahan panas, epdm tahan oksidasi. Karena itu pada barang jadi keduanya dicampur. International Rubber Study Group memperkirakan tahun 2025 konsumsi karet dunia 41,5 juta ton terdiri dari karet alam 19,3 juta ton dan sintetis 22,2 juta ton.

Dalam pembuatan barang jadi karet, karet alam dicampur karet sintetik ditambah bahan lain seperti vulkanisator, aktivator, akselerator dan lain-lain. Masalahnya bahan pendukung ini banyak harus diimpor dan ini salah satu hambatan pengembangan industri karet.

Data tahun 2018 produksi karet Indonesia 3,68 juta ton, 89% ekspor dalam bentuk mentah sisanya 600-630 ribu ton (17-18%) dikonsumsi di dalam negeri. Penggunaannya untuk ban 267.235 ton atau 42%, sarung tangan 31.800 ton, alas kaki 93.200 ton, vulkanisir ban 93.150 ton, vulkanisir lain 66.050 ton, MRG 10.400 ton, karpet 10.100 ton, ruber artce 32.300 ton, benang karet 6.550 ton, lain-lain 23.000 ton, total 633.785 ton.

Penggunaan di dalam negeri ini dibanding Malaysia masih terlalu rendah, disana lebih dari 50%. Peruntungkan ban juga terlalu dominan sehingga perlu diversifikasi produk lain.

Baca Juga:  Produktivitas Karet Sangat Dipengaruhi Faktor Benih

Karena masalah harga yang rendah nilai ekspor karet alam 2010-2016 turun dari sekitar USD12.000 juta menjadi USD3800 juta, sedang barang jadi karet stabil pada kisaran USD2000 juta. Nilai ekspor barang jadi karet tahun 2010-2018 relatif meningkat jadi USD 2600-2700 juta sedang impornya yang sempat tinggi kemudian turun naik lagi sekitar USD2000 juta. Ekspor ban menurun nilainya sekitar USD1500-1600 juta sedang non ban naik sekitar USD1000 juta.