2020, 17 Agustus
Share berita:

Produk nira kelapa dunia terus berkembang dan bertumbuh. Produknya terdiri dari nira segar, gula, jagery, cuka, madu, sirup. Dengan kadar glikemik rendah dibawah 35 merupakan kunci untuk meningkatkan pasar produk ini. Jelfina Alouw, Direktur Eksekutif ICC (International Coconut Community) menyatakan hal ini.

Produsen utamanya adalah Indonesia, Thailand, Filipina dan sedang meningkat di India dan Srilanka. India menjadikan nira sebagai produk nasional, minuman segar paling sehat di dunia dan sangat menguntungkan bagi petani.

Indonesia merupakan eksportir terbesar gula kelapa. Ekspor gula kelapa Indonesia semakin meningkat, tahun 2012 14.095 ton dengan nilai USD18,402 juta sedang tahun 2018 35.578 ton dengan nilai USD 52,521 juta. Negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat 68%, Belanda 7%, Korea Selatan 5%, Malaysia 4%, Australia 3%, Singapura 3% dan negara lainnya 11%.

Salah satu sentra gula kepala di Indonesia baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri adalah Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah. Menurut Widarso, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, luas lahan kelapa deres 5.111,49 ha, dengan jumlah pohon kelapa 638.936 pokok. Jumlah penderes 27.832 orang, tersebar di 23 kecamatan, rata-rata 22 pohon/orang/hari. Kapasitas produksi gula 154,8 ton/hari, produksi 2019 54.985,38 ton (75% gula cetak, 25% gula semut kristal/organik). Di dalam negeri penyerap utama gula merah adalah pabrik kecap.

Untuk menghasilkan 1 kg gula kelapa dibutuhkan nira dari 3-4 pohon/hari. Produksi nira perpohon 1,5-2 liter/hari. Kedepan untuk menunjang industri ini Pemkab Banyumas melakukan peremajaan kelapa tua dengan kelapa genjah yang berbatang pendek dan tidak cepat tinggi untuk mengurangi risiko kecelakaan jatuh dari pohon; cepat disadap/dideres (3-4 tahun sudah bisa dideres); pelepah daun tidak mudah patah dan produksi nira dan kadar gula tinggi (minimal 3-4 liter/pohon/hari).

Baca Juga:  Produksi CPO AALI Tahun 2015 Mencapai 1,74 Juta Ton

Pemkab Banyumas mendorong produksi gula kelapa kristal organik. Keunggulannya adalah harga lebih tinggi yaitu Rp3000-5000/kg dibanding gula cetak biasa, pangsa pasar ekspornya juga sangat terbuka. Saat ini ada 21 perusahaan di Banyumas yang mengelola gula kelapa organik.

Bahan baku kelapa untuk gula ini harus dari kebun yang sudah disertifikasi organik. Saat ini luas lahan kelapa yang bersertifikasi organik di Banyumas adalah 1.136,65 ha, sedang jumlah petani/penderes organik ada 6.986 orang atau 25% dari total petani/penderes di Banyumas.

Naloanro Simanjuntak, Dirut PT MIO, menyatakan pihaknya membina petani untuk menghasilkan produk organik. Untuk gula kelapa di Kebumen 113 orang, Purbalingga 103 orang, Purworejo, Kulonprogo dan Magelang. Gula kelapa organik di pasar ekspor harganya Rp50.000-70.000/500 gr sedang non organik Rp25.000-50.000/500 gr.

Petani kelapa lebih untung mengolah nira menjadi gula. Bila bisnisnya buah kelapa maka penghasilan Rp50.000/hari sedang guka kelapa Rp306.000/hari. Negara tujuan ekspor PT MIO adalah China, Jepang, Australia, Inggris, Jerman, Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Brasil dan Chile.