Jakarta, Mediaperkebunan.id
Indonesia tahun 2018 tercatat mengimpor kurma dengan nilai Rp1 triliun dan meningkat 10-20% tiap tahun. Permintaan kurma dunia juga semakin meningkat. Karena itu Indonesia perlu membangun kebun kurma sendiri untuk memanfaatkan peluang ini. Agung Widjanarka, Ketua Indonesia Palm Date Association menyatakan hal ini dalam webinar yang diselenggarakan Balitpalma.
Tahun 2017 diadakan sensus kurma yang berbuah di Indonesia, ternyata terdata di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Lombok. Banyak mulai berbuah umur 2-3 tahun. Di halaman masjid An-Nur, Pekanbaru, berbuah sejak umur 16 bulan dan tanpa musim.
Kurma variasi genetiknya sangat banyak sekali sehingga di seluruh dunia penanaman dari ketinggian dibawah permukaan laut sampai dataran tinggi. Kebun kurma dunia tersebar di Pakistan, Iran, Irak, Etitrea, Saudi Arabia, Oman, Mesin, Libya, Tunisia, Alzajair, Maroko, Chad, Amerika Serikat, Meksiko, Spanyol, Palestina, Israel, Yordania, Arab Saudi, Australia, Namimbia, Mauritania, Mali. Di Timur Tengah kurma varietas Barhee berbuah 300 kg/batang sedang di Australia 600 kg/batang.
Perbanyakan kurma menggunakan biji menurut FAO persentase jantan betinanya secara umum 50% : 50%. Tetapi hasil uji lapangan bisa 80% : 20%. Karena akan banyak bunga jantan sehingga tidak mungkin berbuah maka penggunaan metode ini tidak direkomendasikan. Terjadi penyimpangan 90% dari induknya, keuntungannya adalah akan ditemukan varietas baru di Indonesia.
Perbanyakan kurma memakai anakan jika pohon induknya betina bisa dipastikan anakannya juga betina dan sebaliknya. Masa berbuah mengikuti sifat induknya, jika induknya 3 tahun berbuah maka anakannya juga sama, bahkan bisa lebih cepat. Kelemahan jumlah anakan tidak bisa diprediksi , tergantung sifat pohonnya.
Perbanyakan dengan kultur jaringan menggunakan embut, sifat sama dengan induknya, bisa memastikan jantan dan betinanya. Mudah didapatkan dalam jumlah besar.
Penyerbukan dilakukan secara manual karena bunga betina tidak berbau yang menarik serangga. Skala perkebunan harus menggunakan alat bantu pengumpul dan penyemprot polen. Cuaca, waktu dan teknik yang tepat mempengaruhi keberhasilan penyerbukan.
Fase buah kurma diklasifikasikan atas dasar terjadinya perubahan ukuran, warna dan berubahnya komposisi kimiawi. Ada lima tahap yaitu hababbouk 0-15 hari, fase awal untuk penyerbukan; kimri 45-75 hari, fase awal terbentuknya buah; khalal 105 hari, proses pembentukan biji, rasa cenderung sepat; ruthab 120 hari, fase buah segar yang bisa dikonsumsi, rasa manis dan cruchcy, dengan keseimbangan vitamin, sukrosa, karbohidrat dan menyehatkan tubuh jika dikonsumsi; tamar 135-150 hari, fase kematangan di pohon, kering, kandungan glukosa dan karbohidrat, rasa manis kuat.
“Selama ini masyarakat umum mengenal kurma dalam bentuk buah kering yang siap dikonsumsi. Padahal buah kurma dapat dikonsumsi segar dalam fase khalal dan ruthab,” kata Agung.
Syarat berkebun kurma lahan datar; mudah mendapat air; sinar matahari cukup semakin jarang mendung semakin baik; pemupukan , sistim penanggulangan HPT dan sistem pengawasan SOP yang tepat. “Kendala utama adalah pengawasan HPT. Sering terlambat mengatasi sehingga daun banyak dipotong dan batang tumbuh jadi tidak sempurna. HPT di Indonesia lebih banyak dari Timur Tengah,” katanya.
Ismail Maskromo, Kepala Balai Penelitian Palma, Kementan menyatakan Indonesia perlu membangun kebun kurma karena bernilai ekonomi tinggi. Buah segar pada fase khalal dan ruthab bisa berharga Rp500.000/kg, sedang yang masuk ke Indonesia sudah fase tamar yang harganya murah sekitar Rp25.000/kg. Indonesia merupakan importir kurma ke sembilan terbesar di dunia.
Program penelitian dan pengembangan kurma Balitpalma ke depan adalah identifikasi morfologi, genetik aksesi dan varietas kurma introduksi; pengujian aksesi dan varietas kurma introduksi di berbagai lokasi potensial pengembangan kurma di Indonesia; percepatan penelitian perbanyakan massal kurma melalui kultur jaringan, ini sangat penting sebab kebun yang ada sekarang bibitnya semua impor; menghasilkan teknologi budidaya kurma yang efisien spesifik Indonesia; mendapatkan teknologi PHT kurma yang ramah lingkungan; peningkatan nilai tambah kurma melalui pengolahan produk pangan dan non pangan.