Bogor, Mediaperkebunan.id – Pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo salah satu programnya adalah hiliriasi pertanian. “Supaya sukses maka hilirisasi pertanian memerlukan pendekatan sistem agribisnis. Kesulitan yang dihadapi adalah struktur pemerintah sekarang masih terkotak-kotak, tantangan ini tidak mustahil dapat diatasi,” kata Prof Bungaran Saragih pada “80 Tahun Prof. Bungaran Saragih : Revisit Pemikiran Agribisnis sebagai Dasar Starategi Re-Industrialisasi.
Pemerintah mencanangkan pertumbuhan ekonomi 8%/tahun. Indonesia sejak Repelita 1 sampai sekarang rata-rata pertumbuhan ekonomi 5%. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia tahun 2024 sekitar USD5.000 (USD4.960,33-red). Untuk mencapai status negera berpendapatn tinggi maka tahun 2045 harus USD21.000, sedang standar Bank Dunia USD14.500.
Dengan pertumbuhan 5%/tahun maka tanpa perlu kerja keras Indonesia bisa mencapai negara pendapatan tinggi tetapi pas di batas bawahnya. Selain pertumbuhan 8%, Prabowo juga mencanangkan ketahanan pangan dan energi. Menggantungkan pangan dan energi pasar dunia memang sangat berisiko sehingga kemandian bangsa harus dibangun.
Target ketahanan pangan sangat mendesak diwujukan karena saat ini sebagian pangan masih harus impor yaitu gandum, kedelai, gula, susu dan lain-lain. Ketahanan energi harus dicapai dengan energi baru dan terbarukan untuk mengganti impor bahan bakar fosil dan menjaga lingkungan.
Dengan target seperti ini pilihan strategi apa yang harus dlijalakan. Bungaran kilas balik pada pertengahan tahun 1970an ketika Presiden Suharto mendapat penghargaan swasembada pangan dari FAO. Pertanian waktu itu dianggap sudah berhasil sehingga Indonesia harus masuk menjadi negara industri.
Terjadi perdebatan industri apakah yang dipilih teknologi tinggi, footlose (tidak tergantung pada sumber daya alam, tenaga atau pasar loka). Bungaran yang waktu itu Kepala Pusat Studi Pembangunan menawarkan industri agro.
“Waktu itu kita kalah debat sehingga indusri agro tidak jadi pilihan. Syukur Presiden Prabowo sekarang memilih pengembangan industri agro sehingga bisa jalan lagi,” katanya.
“Sekarang tugas kita sebagai akademisi membantu Prabowo apa isi hilirisasi pertanian. Konsepnya paling tepat disampaikan pada Menteri Perencanaan Pembanganunan Nasional/Kepala Bappenas, bukan Mentan, Menperin datau Menko Perekonomian. Harus dibisikkan pada Prabowo bahwa IPB mencoba membantu memikirkan supaya keinginan Presiden tercapai,” katanya.
Agroindustri harus menggeliat lagi. Kalau tidak maka jangankan pertumbuhan 8%, mempertahankan 5% saja akan sulit. Semua masalah penghambat harus cepat diselesaikan. Kalau dalam 5 tahun pertama pemerintah sekarang bisa tercapai maka cita-cita tahun 2045 Indonesia emas akan terwujud.
Hilirisasi pertanian dalam arti luas akan mampu mewujudkan ketahanan pangan, energi, pertumbuhan tinggi ekonomi nasional dan pembangunan daerah. Pertanian ada di daerah sehingga pembangunan daerah dan wilayah terjadi. Hilirisasi pertanian punya kaitan ke hulu yaitu rakyat petani, syaratnya ada kemitraan perusahaan dan petani.
Hiliriasi pertanian adalah pengembangan agroindustri yaitu industri pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah lebih besar, lebih berkualitas dengan penggunaan teknologi. Hiliriasi pertanian di Indonesia sudah lama berlangsung baik pangan dan bioenergi. Produk pangan baru sudah banyak dinikmati masyarakat, sedang bioenergi saat ini baru biodiesel tetapi kedepan akan ada bensin sawit, avtur sawit, diesel sawit, bioetanol.
“Meskipun sudah berlangsung lama tetapi agregrat industrinya, kecuali sawit, masih sangat dangkal. Semuanya masih perlu diperdalam lagi termasuk sawit. Rasio nilai tambah agroindustri dan pertanian masih 1, seharusnya bisa 3-10 kali, bahkan dalam kasus kopi mulai dari biji sampai kafe bisa ribuan kali,” kata Bungaran.
“Nilai tambah agroindustri tahun 2023 Rp 1,648 triliun dengan hilirisasi bisa naik jadi Rp4000-14.000 triliun. Nilai tambah hilirisasi pertanian besar sekali, mari lakukan sesuatu, kita isi konsep ini. Hilirisasi selain untuk pasar domestik dan ekspor, juga untuk subtitusi impor.
Peluang devisa dari ekspor olahan pertanian sangat besar. Impor minyak bumi yang menguras devisa cukup besar dapat digantikan dengan hilirisasi pertanian yaitu bahan bakar nabati.
Hilirisasi pertanian tumbuh sustainable apabila ada bahan baku dari on farm. Hilirisasi harus didukung huluisasi. Hilirisasi bukan pekerjaan Kemenperin tetapi juga Kementan, Kemendag, Kemendagri, Kemenkop dan lain-lain. Ego sektoral antar instansi pemerintah yang dirasakan Bungaran ketika masih menjadi Menteri Pertanian sampai sekarang masih kuat juga sehingga perlu diatasi. Kalau dukungan sektor pertanian tidak kuat dan berkelanjutan maka hilirisasi pertanian akan kesulitan bahan baku, ekonomi akan mengalami decoupling.
Bisa juga jadi industri hilir pertanian berbasis impor seperti industri mie instan yang bahan bakunya 100% impor. Memang industri ini membanggakan karena bisa ekspansi ke Afrika, Eropa, USA dan Jepang tetapi sumbangan pada perekonomian nasional marginal.
Hilirisasi juga harus didukung jasa pelayanan infrastruktur, transportasi, perbankan, asuransi, pendidikan dan riset. Kalau riset tidak berkembang maka hilirisasi akan terbatas. Hilirisasi pertanian tidak akan berkembang kalau riset pertanian juga tidak berkembang.
Sistem agribisnis akan mengembangkan sektor pertanian yang didukung industri. Strategi hilirisasi dengan penguatan hulu dan digitalisasi jasa pendukung masuk dalam sistem pembangunan agribisnis. Hiliriasi dalam konteks agribisnis tidak bisa berjalan kalau hulu dan jas pendukung tidak berkembang. Pendidikan sistem agribisnis penting dikembangkan. Di IPB University diwujudkan dalam bentuk Depatemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, sedang di perguruan tinggi lain berada di bawah Fakultas Pertanian.
Pada era pemerintah sebelumya titik berat pada hilirisasi tambang yang memang penting tetapi ada penyumbang yang lebih besar untuk pertumbuhan ekonomi karena ada lingkage dan multiplyer efek sehingga dampaknya lebih besar. Hilirisasi pertanian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, ketahanan energi, memajukan pembangunan wilayah dan meningkatkan pendapatan petani.
Sawit adalah contoh sukses dengan petani yang bisa keluar dari kemiskinan dan menjadi masyarakat menengah. Suskses kemitraan sawit dan industri unggas bisa jadi model. “Kalau hilirisasi pertanian berhasil maka kita akan sejahtera bersama sebagai bangsa,” kata Bungaran menutup orasinya.