Palembang, Mediaperkebunan.id
Luas kebun karet di Kabupaten Musi Banyuasin menurut Buku Statistik Perkebunan, angka tetap tahun 2019 adalah 130.120 ha terdiri dari TBM 1.226 ha, TM 124.880 ha dan TTMTR 4.014 ha. Produksi 130.503 ton, produktivitas 1,045 ton/ha dengan jumlah petani 52.437 orang.
Iskandar Sariyanto, Kepala Bappeda Muba menyatakan kebijakan pemda Muba terhadap petani karet adalah mengubah paradigma. Produksi karet harus memiliki posisi tawar harga melalui peningkatan kualitas bokar yang dijual dan mekanisme penjualan yang saling menguntungkan.
Kemudian membentuk tata kelola kelembagaan ditingkat petani untuk mendongkrak nilai jual karet. Dibentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar dengan lelang satu harga, satu mutu, satu lokasi, satu hari lelang. Saat ini UPPB yang terbentuk 110 dengan petani 16.200 KK.
Mengembangan industri hilir untuk menjamin keberlangsungan serapan karet rakyat dan menjamin harga jual karet yang ditandai dengan gelar awal aspal karet 2018. Pembangunan pabrik pengolahan aspal karet lateks bekerjasama dengan Pusat Penelitian Karet dan PT Jaya Trade Indonesia.
“Sebelumnya untuk aspal karet , karetnya dari Muba diolah jadi materi siap dicampur aspal oleh Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor dan dicampur aspal di PT Jaya Trade. Sekarang semuanya kita pindahkan ke Muba,” katanya.
Produksi aspal karet lateks Muba ini akan diserap melalui program peningkatan jalan. Karet dari petani diolah jadi lateks di beberapa UPPB yang sudah mendapat bantuan alat senrifugal. Lateks ditampung di pabrk dan dicampur aspal sehingga menjadi aspal siap pakai.
Implementasi aspal karet di Muba yaitu tahun 2018 peningkatan jalan Desa Mulyo Rejo Kecamatan Sungai Lilin 465 m anggaran Rp1,8 miliar. Tahun 2019 Desa Mangun Jaya Kecamatan Babat Toman 5 km anggaran Rp4,9 miliar; Sp Gardu Harapan – KUD Trijaya Desa Tanjung Agung Selatan Kecamatan Lais 2 km anggaran Rp2,45 miliar; Jalan Halaman Rumah Dinas Bupati Kecamatan Sekayu 1,82 km anggaran Rp2,94 miliar; Sp Model – Sp AMD 1,73 km anggaran Rp1,95 miliar. Penghargaan dari Menteri PUPR kategori penerapan inovasi Rp20 miliar digunakan untuk pekerjaan lapis ulang dalam kota Sekayu 6 km. Tahun 2020 lapis ulang dalam kota Sekayu 1,819 km anggaran Rp1,95 miliar.
“Daya angkat harga karet dengan aspal karet hanya 5-7% saja. Tetapi yang penting adalah terjadinya perubahan budaya petani dari penghasil bokar menjadi penghasil lateks cair. Petani Indonesia selama ini hanya jadi penghasil bokar. Akibatnya industri sarung tangan karet higienis , kasur busa yang bahan bakunya lateks tidak berkembang. Kebutuhan lateks untuk industri ini harus menggunakan lateks impor, sebagian besar dari Thailand. Padahal luas kebun karet di Indonesia 3,6 juta ha. Dengan beralihnya petani menjadi penghasil lateks diharapkan industri karet berbahan baku lateks nanti juga akan berkembang di Muba,” katanya.
Pemda juga menyusun kegiatan yang berdampak langsung industri hilir karet. Kedepan diharapkan industri karet lain semakin berkembang yaitu ban, belt conveyor, sarung tangan, karet gelang, karet gas, souvenir dan industri turunan karet lainnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian menyatakan 3 UPPB penghasil lateks di Muba yaitu Babat Toman, Plakat Tinggi dan Keluang, perbedaan harga jualnya dengan petani karet yang menjual ke tengkulak sampai Rp4000/kg.
Buku statiistik perkebunan menunjukkan angka tetap 2019 k ekspor lateks (HS 40011011) mencapai 5.544,4 ton dengan nilai USD6.444.173, sedang impor mencapai 21.741 ton dengan nilai USD22.844.208. Impor terbesar dari Thailand 12.066,1 ton dengan nilai USD13.087.601 .