Jakarta, Mediaperkebunan.id – Kebijakan hilirisasi kelapa diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan para petani, sekaligus memberikan manfaat kepada masyarakat dengan beragam produk turunan yang berkualitas. Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI), Suprihadiono, kepada Media Perkebunan, kemarin.
Hilirisasi juga, beber Suprihadiono, sekaligus mampu mencegah ekspor bahan mentah, termasuk butir kelapa, dan di saat yang bersamaan mampu memberikan nilai tambah bagi para petani. Ia merinci, jika sebuah kelapa dijual dengan harga Rp 5.000 per butir, maka petani sesungguhnya tidak mendapatkan banyak manfaat ekonomis.
Tetapi jika sabut kelapa diolah, begitu juga airnya, daging kelapanya, atau juga batok kelapa menjadi koperas, maka petani bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp 14.000 dari setiap satu butir kelapa. Saat ini, kata Suprihadiono, ada 8 produk turunan kelapa yang berhasil diciptakan dan berkualitas ekspor, seperti virgon coconut oil (VCO), tepung kopra, tepung putih, gula kelapa, dan lainnya.
“Permintaan pasar terhadap beragam produk turunan kelapa sangat menjanjikan. Karena itu, tujuan hilirisasi supaya petani kelapa dapat nilai tambah,” kata Suprihadiono lagi.
“Yang diharapkan Pemerintah itu supaya bisa meningkatkan kesejahteraan petani kelapa. Kan selama ini pengusaha yang menikmatinya,” ia menambahkan.
Nah, agar semua itu bisa terlaksana, pihaknya berencana akan membuat badan usaha milik petani kelapa, yang di dalamnya mencakup proccessing, perdagangan, dan lainnya.
“Tugas badan usaha itu nanti ya juga mendukung hilirisasi. Jadi, kelapa dari petani ditampung lalu diproses menjadi barang setengah jadi, untuk kemudian dijual kepada pengusaha-pengusaha besar,” ungkap Suprihadiono.
Peran pemerintah di dalam proses itu, kata dia, adalah menjembatani atau menciptakan kemitraan antara pengusaha dengan badan usaha milik petani kelapa.