Malang, mediaperkebunan.id – Plt Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto, menegaskan pentingnya pola kemitraan yang kokoh antara petani dan pabrik gula (PG) sebagai salah satu strategi utama dalam mewujudkan swasembada gula nasional.
Pernyataan tersebut di sampaikan dalam keynote speech dengan judul “Peningkatan Daya Saing Tebu Berbasis Kemitraan Menuju Swasembada Gula Nasional” pada acara National Sugar Summit ke VII yang berlangsung pada 4-5 Desember 2024.
Heru menyampaikan bahwa evaluasi akhir musim giling 2024 menunjukkan peningkatan positif di berbagai indikator. “Luas areal tebu naik 3,28% menjadi 520.823 hektar, produksi tebu meningkat 5,96%, dan produksi gula naik 8,09%. Yang paling membanggakan, rendemen juga meningkat 1,52% di bandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Namun, menurut Heru Tri Widarto, capaian ini perlu terus di tingkatkan melalui langkah strategis berbasis kemitraan yang kuat. “Pola kemitraan ini tidak hanya soal beli putus atau bagi hasil, tetapi juga bagaimana menyediakan benih unggul, memudahkan akses pembiayaan, dan mendukung produktivitas petani dengan teknologi modern,” tegasnya.
Langkah Strategis Menuju Swasembada Gula
Dalam paparannya, Heru merinci tujuh langkah strategis yang telah di siapkan Kementerian Pertanian untuk mendukung swasembada gula, yaitu:
- Program intensifikasi tebu rakyat, seperti bongkar ratoon dan rawat ratoon.
- Penyediaan benih unggul, termasuk 42 miliar mata untuk perluasan lahan dan 17,89 miliar mata untuk bongkar ratoon.
- Penyediaan saprodi dan alsintan untuk mendukung petani.
- Penetapan regulasi kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan PG.
- Akses pendanaan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan skema kredit lainnya.
- Pendampingan budidaya tebu oleh tenaga ahli.
- Koordinasi lintas kementerian/lembaga untuk memperkuat sinergi.
Heru juga menggarisbawahi bahwa pola kemitraan harus di dukung oleh regulasi yang jelas. “Kemitraan tebu mencakup kelembagaan, sistem penyerahan tebu, pengukuhan rendemen, hingga evaluasi dan pengawasan. Semua ini harus di lakukan dengan prinsip saling menguntungkan,” jelasnya.
Heru mengajak seluruh pihak untuk merefleksikan pencapaian di tahun 2024. “Insya Allah, tahun depan produksi gula nasional bisa mencapai minimal 2,5 juta ton. Ini hanya bisa terwujud jika kemitraan berjalan optimal, bukan hanya antara PG dan petani, tetapi juga dengan stakeholder lainnya, termasuk perbankan dan pemerintah,” tuturnya.
Lebih jauh, Heru menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai swasembada gula konsumsi sebesar 3,46 juta ton pada 2028. “Saya yakin target ini bisa tercapai jika kita semua bersatu dan bekerja sama secara konsisten,” pungkasnya.
Acara National Sugar Summit ke VII 2024 di harapkan menjadi momentum penting dalam memperkuat komitmen dan sinergi seluruh pemangku kepentingan untuk mengakselerasi pencapaian swasembada gula nasional.