Badung, Mediaperkebunan.id- Ketua Bidang Pabrik Kelapa Sawit P3PI (Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia), Posma Sinurat , bersyukur dan senang diundang sebagai penanggap pada Pekan Riset Sawit 2024 pada topik Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit dan Mitigasi Emisi.
“Sebagai praktisi yang sehari-hari berhubungan dengan Pabrik Kelapa Sawit saya merasa wow ternyata akademisi melakukan penelitian untuk menjawab masalah sehari-hari yang kami alami. Hasil PERISAI 2024 itu harus jadi, bisa diaplikan di lapangan dan secara ekonomis layak,” katanya.
Posma menyoroti penelitian Firda Dimawarnita dari PPKS yaitu Teknologi Asam Fulfat Sebagai Immudulator Potensial, yang mengekstraksi tandan kosong jadi asam fulfat. Bagi PKS tandan kosong merupakan masalah besar dan cukup banyak biaya yang dikeluarkan untuk mengatasinya.
Sekarang digunakan untuk bahan bakar juga dikembalikan ke kebun, tetapi biaya transportasinya cukup besar, belum dihitung apakah biaya yang dikeluarkan sepadan dengan manfaat yang didapat. Kalau dibiarkan menumpuk di pabrik bisa jadi sumber kebakaran. Dengan ekstraksi jadi asam fulfat maka tandan kosong menjadi sesuatu yang bernilai. Mudah-mudahan penelitian ini bisa diaplikasikan.
Penelitian Prof Izarul Mahdar dari Universitas Syiah Kuala “Beton Precast Berbasis Foam Concrete dari Limbah Biomassa Sawit”, yang mengubah cangkang sawit menjadi beton busa yaitu beton ringan untuk membuat panel rumah tahan gempa. Hasil penelitian ini diperlukan di seluruh Indonesia yang rawan gempa.
Selain itu cangkang sekarang sudah banyak digunakan untuk bahan bakar boiler juga diekspor sehingga bernilai ekonomi. Tinggal nilai ekonominya apakah mampu bersaing dengan material yang sudah digunakan sekarang.
Penelitian lain yang dianggap terobosan adalah dari Profesor Mutia Elma, Universitas Lambung Mangkurat “Kontraktor Membaran Penangkap Amoniak-Nitrogen untuk Pemurnian Air Limbah POME”. Dengan menggunakan membran bioreaktor maka POME bisa diolah menjadi air minum dan air boiler.
POME merupakan masalah bagi pengelola PKS.
“Ketika saya jadi manager PKS sering saya tidak bisa tidur gara-gara POME ini. Jika kolam limbah penuh overflow dan masuk ke sungai maka akan jadi berita besar dan banyak masalah yang akan dihadapi. Sekarang regulasi mengenai POME juga sangat ketat,” kata Posma.
Masalahnya biayanya masih terlalu besar yaitu Rp112/liter air, padahal biaya pengolahan TBS saja hanya Rp80/kg. “Tetapi untuk sementara tidak terlalu masalah, yang penting ternyata teknologinya sudah ada. Sambil terlus berjalan maka keekonomianya ditingkatkan sehingga layak,” kata Posma.
Masih banyak hal yang perlu ditanyakan, oleh karena itu Posma mengusulkan supaya ada pertemuan rutin antara peneliti yang penelitiannya dibiayai oleh BPDPKS dengan para praktisi. Dari pertemuan ini akan terjadi interaksi timbal balik sehingga hasil PERISAI 2024 bisa digunakan dan nilai keekonomianya tercapai.