Banjarbaru, mediaperkebunan.id – Tim peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah menuntaskan proses penelitian dan pengkajian terkait perhitungan rendemen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan palm kernel atau inti sawit dari tandan buah segar (TBS).
Suparmi selaku Kepala Dinas Perkebunan dan Pertenakan (Disbunnak) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjelaskan, hasil kajian dari pihak PPKS Medan tersebut telah dibawa ke dalam sebuah rapat yang digelar di Ruang Rapat Kelapa Sawit Disbunnak pada pertengahan Maret 2025 lalu.
Proses rapat tersebut, kata Suparmi, menjadi ajang sosialisasi hasil kajian tim peneliti dari PPKS Medan. Suparmi menegaskan rapat yang telah mereka gelar itu dihadiri oleh para pemangku kepentingan terkait tau stakeholder perkebunan kelapa sawit dari seluruh Provinsi Kalsel.
“Rapat ini dihadiri oleh perwakilan Dinas teknis yang menangani fungsi perkebunan di kabupaten sentra sawit di Kalsel. Lalu hadir juga urusan perusahaan kelapa sawit, petani plasma beserta para pengurus dari berbagai koperasi unit desa (KUD),” kata Suparmi.
“Kemudian, hadir juga sejumlah pengurus dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan, serta tim penetapan harga harga TBS kelapa sawit Disbunnak Kalsel,” tutur Suparmi lebih lanjut
Suparmi bilang, rapat digelar guna meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen CPO dan inti sawit.
Sekaligus, ucap Suparmi menambahkan, guna mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh para stakeholder untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi kelapa sawit di wilayah Kalsel.
Suparmi mengungkapkan, salah satu elemen yang dibahas dari hasil penelitian tim peneliti dari PPKS Medan tersebut adalah cangkang kelapa sawit yang merupakan biomassa yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS menjadi CPO dan minyak inti sawit mentah atau crude palm kernel oil (CPKO).
Menurutnya, produk turunan kelapa sawit tersebut memiliki kandungan seperti ash content yang minim, kadar air yang lembab, karbon aktif sekitar 20-22 persen, dan kadar penguapan (volatile matter) yang tinggi mencapai 69-70 persen.
“Kandungan tersebut menjadikan cangkang kelapa sawit bukan sebagai limbah tak berguna, tetapi sebagai produk yang bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ujar Suparmi.
Dalam rapat tersebut, beber Suparmi mengingatkan, hasil kajian dari PPKS Medan menunjukkan bahwa kualitas buah sawit sangat dipengaruhi oleh varietas tanaman, teknik budidaya, dan kriteria kematangan panen.
“Disebutkan bahwa rendemen CPO dan inti sawit yang tinggi dapat diperoleh pada kondisi tertentu, seperti pengolahan buah kelapa sawit dari kebun inti dengan varietas unggul,” kata Suparmi.
“Begitu juga dengan umur tanaman produktif, teknik budidaya yang baik, iklim yang mendukung proses sintesis minyak dan pematangan buah, serta panen buah tepat matang,” rincinya kemudian.
Disbunnak Kalsel berharap hasil kajian dari PPKS Medan dapat menjadi acuan bagi para petani dan pelaku industri kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
Dengan demikian, kata Suparmi kembali, diharapkan kesejahteraan para petani kelapa sawit di Provinsi Kalsel dapat meningkat seiring dengan peningkatan rendemen CPO dan inti sawit.