Jakarta, Mediaperkebunan.id
Dari aspek agribisnis, kopi cukup prospektif. Penyebabnya adalah konsumsi dunia yang cenderung meningkat signifikan di negara konsumen baru yaitu Rusia, negara-negara Eropa Timur, China, Korea Selatan, Hongkong dan Australia. Konsumsi kopi masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara produsen kopi juga pertumbuhannya lebih besar dibanding negara produsen lainnya.
Dirjen Perkebunan, Andi Nur Alam Syah menyatakan hal ini pada sambutannya yang dibacakan Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Muhammad Rizal Ismail pada pembukaan “Peringatan Hari Kopi Nasional” yang diselenggarakan Dewan Kopi Indonesia, Sabtu (11/3).
Komoditas kopi menjadi komoditas perkebunan yang paling hit bagi semua kalangan. Saat ini luas areal kopi 1,27 juta ha produksi 786.191 ton, menempatkan Indonesia sebagai produsen keempat di dunia. Komoditas kopi merupakan komoditas sosial karena 98% merupakan perkebunan rakyat yang dikelola 1,85 juta KK.
Indonesia masih dapat meningkatkan produksi dan mutu kopi dengan faktor pendukung lahan yang sesuai untuk kopi masih tersedia luas; minat pekebun yang cukup tinggi; tersedia bahan tanaman unggul; tersedianya paket teknologi; tersedianya sdm peneliti yang berkualitas; dukungan pemerintah pusat dan daerah yang cukup tinggi; pasar yang besar baik domestik maupun ekspor.
Perkembangan perkebunan kopi belum maksimal, masih banyak kendala hulu dan hilir yang memerluan penanganan yang lebih intensif , terintegrasi dan dan berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi adalah tanaman tua dan tidak produktif; kurangnya intensitas pemeliharaan kebun rakyat meliputi perlindungan terhadap seranan OPT dan belum diimplementasikan GAP secara konsisten; penanganan pasca panen belum sesuai GHP; SDM petani masih lemah; akses terhadap permodalan masih terbatas.
Ditjen Perkebunan berusaha menyelesaikan semua permasalahan ini dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas berbasis kawasan; peningkatan nilai tambah dan daya saing; perbaikan panen dan pasca panen; peniingkatan kemampuan sdm; pengembangan kemitraan usaha. Pengembangan kopi diharapkan mampu mendorong pelaku agribisnis kopi lainnya yang bermitra dengan petani dengan sumber pembiayaan perbankan, CSR , dan investasi lainnya.
Dengan produktivitas 817 kg, Gerakan Tanam Kopi (Gertaki) yang diluncurkan awal tahun 2022 di Jawa Barat menjadi momen upaya kolaborasi mengembangkan kawasan kopi dengan target produktivitas tinggi . Gertaki merupakan langkah positif dalam penerapan standar GAP di hulu mulai dari penyiapan lahan yang sesuai dengan kawasan; penyiapan benih bermutu dan bersertifikat; serta penggunaan teknologi yang tepat guna untuk peningkatan produksi.
Akselerasi Gertaki harus lebih banyak pembiayaan dengan KUR dibanding APBN dan APBD. Tahun 2023 KUR perkebunan ditargetkan Rp33 triliun. Sampai Maret 2023 sudah terealisasi Rp47,08 miliar atau 0,14% dengan 495 debitur. KUR untuk kopi mencapai Rp4,5 miliar dengan 124 debitur atau terbesar kedua setelah kelapa sawit.
Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia , Rusman Heriawan menyatakan tema Peringatan Hari Kopi adalah Keberagaman Kopi Nusantara Perkuat Ekonomi Masyarakat dan Pererat Harmonisasi Bangsa. Indonesia adalah pemilk keragaman kopi sehingga luar negeri tidak mengenal kopi Indonesia. Mereka hanya mengenal kopi Mandailing, Toraja, Preanger, Kintamani dan lain-lain. “ Karena itu saya minta sebaiknya ditulis Indonesia dibelakangnya misalnya Kopi Toraja, Indonesia jadi keragamanya dikenal dari Indonesia,” katanya.
Perkuat Ekonomi Masyarakat dengan kemitraan dari petani, pedagang, industri , barista, outlet kopi sehingga rantai pasok kopi stabil. Perekat Harmonisasi Bangsa karena kopi sekarang sudah menjadi wahana pergaulan.
.