Medan, mediaperkebunan.id – Harga sawit periode Januari turun, nilai tukar petani (NTP) Sumatera Utara (Sumut) terkena imbasnya.
Sejak minggu kedua Desember 2024 lalu hingga awal Februari 2025, harga berbagai produk turunan kelapa sawit di pasar domestik dan global telah mengalami dinamika yang sangat tajam.
Produk turunan yang dimaksud adalah minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yang saat harganya anjlok, maka hal itu akan berimbas pula pada harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi para petani sawit plasma dan swadaya di tingkat pabrik kelapa sawit (PKS).
Ketika harga TBS turun, maka hal itu pun berpengaruh pada kesejahteraan serta daya beli petani sawit. Hal itu pun bisa dilihat dari paparan pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Belum lama ini Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, kepada para wartawan di Medan, menyebutkan NTP di Sumut secara umum telah mengalami penurunan pada Januari 2025 lalu, sejalan dengan turunnya harga sawit.
“Pada Januari 2025, NTP Sumut tercatat sebesar 144,99 atau mengalami penurunan sebesar 1,35 persen dibanding NTP Desember 2024 yang sebesar 146,97,” ujar Asim Saputra, Senin (3/2/2025) lalu.
Nah, ia mengungkapkan, penurunan NTP tersebut terjadi karena disebabkan oleh dua subsektor, yaitu NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 2,72 persen dan NTP subsektor peternakan sebesar 1,02 persen.
Sementara itu, tuturnya lebih lanjut, NTP tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu NTP subsektor tanaman pangan sebesar 0,49 persen.
“Berikutnya adalah NTP subsektor hortikultura yang naik sebesar 6,55 persen, dan NTP subsektor perikanan yang tercatat naik sebesar 0,08 persen,” ungkap Asim Saputra.
Di sisi lainnya, tegas Asim Saputra lagi, nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) Provinsi Sumut Januari 2025 sebesar 145,03 atau mengalami penurunan 1,32 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.