2021, 2 Maret
Share berita:

Kuantan Singingi, Mediaperkebunan.id

Syoffinal, Ketua Koperasi Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (APKARKUSI)menyatakan saat ini petani karet di daerahnya sedang bergairah sekali. Harga lelang Apkakursi awal Maret mencapai Rp12.026/kg. Petani anggota Apkakursi biasanya menerima harga lebih tinggi dibanding bukan anggota. “Tetapi kenaikan harga ini memang luar biasa. Biasa Rp8000-9000/kg kemudian jadi Rp10.000/kg naik menjadi Rp11.000-12.000/kg membuat petani karet semakin bergairah,” katanya.

Apkarkusi beranggotakan kelompok tani yang sudah membentuk UPPB. Berbeda dengan Sumsel yang pembentukan UPPBnya didorong oleh pemerintah, di Kuansing merupakan inisiatif dari petani sendiri. Saat ini Koperasi Apkarkusi beranggotakan 51 kelompok tani yang terdiri dari 1.466 petani. Mereka tersebar di 6 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada. Syoffinal menargetkan semua petani di Kuansing dapat menjual bokarnya secara berkelompok melalui Koperasi Apkakursi.

Lelang dilaksanakan setiap hari minggu malam. Sistem lelang yang diterapkan adalah 4S yaitu satu waktu, satu tempat, satu harga dan satu mutu. Petani anggota Apkarkusi saat ini rata-rata K3nya mencapai 58-61%, sedang non anggota paling tinggi 54% sebagian besar malah dibawah 50%.

Petani anggota UPPB sudah menggunakan pembeku seperti yang disarankan. Untuk menjamin mutu bokar, Koperasi Apkarkusi punya Tim Pembina Bokar yang mengarahkan anggotanya untuk menghasilkan bokar yang memenuhi standar teknis.

“Kenaikan harga di UPPB juga berpengaruh terhadap petani non anggota. Pedagang pengumpul karet juga membeli harga karet lebih tinggi meskipun tidak setinggi di UPPB. Secara umum saat ini petani karet di Kuansing sedang bergairah,” katanya.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan kabupaten dengan luas kebun karet paling besar di Riau yaitu 139.108 ha. Komoditas paling luas adalah kelapa sawit tetapi terbagi menjadi perusahaan dan pekebun, sedang karet sepenuhnya milik masyarakat.

Baca Juga:  Minyak Sawit Siap Diubah Jadi Bensin

Saat ini ada 218 desa di Kuantan Singingi dan kalau 100 desa saja bergabung dengan Apkarkusi untuk melakukan gerakan pemasaran bokar bersih maka akan semakin berkembang jumlah petani dan volume bokar yang dipasarkan. “Harapan kita semakin meningkat roda perekonomian di daerah dan semakin meningkat pendapatan petani pekebun karet di Kuansing. Saat ini volume karet yang dilelang oleh Koperasi Apkarkusi setiap minggu bervariasi antara 60-115 ton, bahkan awal Maret ini mencapai 132 ton,” katanya.

Apkarkusi sendiri mempunyai dua badan usaha berbadan hukum. Satu berupa Koperasi Apkarkusi yang menjalankan kegiatan Pasar Lelang Komoditi (PLK) karet dan saat ini sedang proses pengajuan Sertifikasi Resi Gudang (SRG). Kedua kegiatan ini difasilitasi dan dibawah pengawasan BAPPEBTI Kementerian Perdagangan.

Satu lagi berupa Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dengan nama PT Apkarkusi Mutiara Nagori. Salah satu rencana usaha BUMP ini adalah pengembanfan industri hulir karet berupa : vulkanisir ban, pembuatan sandal jepit, keset kaki, karpet mobil dan dan sparepart motor yang terbuat dari karet.

Saat ini yang sudah terealisasi adalah vulkanisir ban dan masih dalam taraf uji coba, belum menerima order dari luar. Setelah dinyatakan lulus standar mutu, maka BUMP akan mengambil KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan mulai menerima order.

Propek bisnis ban vulkanisir ini sangat cerah sebab sebagai daerah perkebunan banyak sekali truk angkutan sawit dan karet. Tiap 4 bulan sekali mereka harus ganti ban. Supaya ekonomis maka ban itu divulkanisir dan ketahannya juga sekitar 4 bulan.