Medan, Mediaperkebunan.id – Proses tender yang diselenggarakan oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) pada periode akhir pekan ini, Jumat (6/12/2024), menunjukan kalau harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tembus ke level Rp 16.000 per kilogram (Kg). Lonjakan ini sudah terjadi selama beberapa pekan terakhir.
Meski sempat mengalami penurunan, tetapi sepekan terakhir harga CPO kembali menunjukan grafik positif dari proses tender tersebut. Para petani sawit di berbagai provinsi sentra perkebunan menunjukan antusiasme yang tinggi dengan. Hasil tender PT KPBN tersebut, sebab berdampak positif pada harga pembelian tandan buah segar (TBS) yang terus membaik.
Di Provinsi Riau, misalnya, nyaris tidak ada lagi harga TBS produksi para petani sawit yang berada di bawah Rp 3.000 per Kg. Kabar terbaru bahkan menunjukan kalau harga TBS rata-rata sudah melewati Rp 3.100 per Kg.Nah, kalau kenaikan harga CPO menjadi berkah bagi para petani sawit, tetapi sebaliknya situasi ini memunculkan problema baru bagi ibu rumah tangga yang mengeluh karena situasi di atas membuat harga minyak goreng (migor) menjadi terdampak.
Contohnya di Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara (Sumut), untuk harga migor subsidi merek Minyakita rata-rata di harga Rp.17.000 per liter, sedangkan minyak curah yang tidak lagi disubsidi pemerintah berada di harga Rp.20.000 per Kg. Situasi ini berdasarkan temuan dari Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah (Kanwil) I Sumatera bagian Utara (Sumbagut), Ridho Pamungkas, saat ikut inspeksi mendadak (sidak) dengan Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, Agus Fatoni, dan rombongan di sejumlah pasar tradisional dan modern di kota Medan.Sidak tersebut dilakukan dalam rangka persiapan menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yaitu Natal 25 Desember 2024 dan 1 Januari Tahun Baru 2025.R
idho Pamungkas menyebutkan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024 tentang Minyak Goreng Sawit Kemasan dan Tata Kelola Minyak Goreng Rakyat. Dalam, dan ditegaskan bahwa HET Minyakita Rp 15.700 per liter.
”Harga rata rata Minyakita Rp 17.000 per liter ini cukup jauh dari HET, begitu juga dengan harga minyak curah. Kami mencatat sebulan terakhir ini harga minyak goreng mengalami trend kenaikan harga. Nanti kami akan undang lagi produsen minyak goreng untuk berdiskusi dan mencari tahu penyebabnya” ujar Ridho Pamungkas.
Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin saat dihubungi Media Perkebunan justru mengaku cemas atas kenaikan harga CPO ini bakal berdampak kuat pada laju infiltrasi Sumut dan secara nasional ke depannya.
“Dampak dari kenaikan harga CPO tersebut jelas memberikan dorongan inflasi di Tanah Air. Karena produk turunannya seperti minyak goreng mengalami kenaikan harga,” beber pengajar di sejumlah kampus ternama di kota Medan ini.
Bahkan di bulan November kemarin, ungkap Gunawan Benjamin, minyak goreng turut menjadi komoditas yang menyumbang laju tekanan inflasi.
“Dan jika mengacu kepada PIHPS, ia melihat harga minyak goreng curah di Indonesia rata-rata dijual di kisaran Rp 18.400 per Kg. Mengalami kenaikan jika membandingkannya pada bulan September di kisaran 16 ribu hingga Rp 17.000 per Kg,” ucap Gunawan Benjamin.
Ia bilang, saat itu harga CPO masih berada di kisaran RM 3.800 sampai RM 3.900 per ton. Jadi memang, kata dia, kenaikan harga CPO belakangan ini dipastikan telah memicu terjadinya inflasi di Tanah Air.
Menurutnya, kontribusi inflasi dari harga CPO ke depan akan sangat bergantung kepada sejumlah faktor. Namun, pembentukan harga minyak goreng tidak selalu linier dengan harga CPO.
“Di saat harga minyak goreng terbilang mahal, maka pemerintah yang menggelontorkan Minyakita dengan HET akan menahan laju kenaikan harga minyak goreng jenis lainnya,” kata Gunawan Benjamin.
Jadi, sambung Gunawan Benjamin, sekalipun harga CPO naik, tetap saja kita akan melihat bagaimana upaya pemerintah dalam mendistribusikan minyakita ke pasar. Jika harga CPO masih melanjutkan tren kenaikan, maka dampak ke inflasi nantinya juga tidak akan sebesar sebelumnya.
“Di sisi lainnya, kenaikan harga CPO justru akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha, pemerintah, hingga petani nantinya. Harga TBS sawit di tingkat petani mengalami kenaikan, ada aliran devisa masuk, hingga ada keuntungan bagi dunia usaha,” tegas Gunawan Benjamin.