Jakarta, Mediaperkebunan.id
Karet Indonesia terancam punah. Cara menyelamatkannya adalah dengan membantu petani. “kita tidak bisa menyalahkan petani yang saat ini secara masif menebang pohon karetnya dan diganti dengan kelapa sawit yang lebih menjanjikan. Bagimanapun petani harus mendapat manfaat ekonomi dari komoditas yang ditanamnya,” kata Alex K Edy, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia dalam talk show chanel Youtube Karet TV dari Pusat Penelitian Karet.
Langkah pertama adalah menyelamatkan kehidupan petani dulu. Saat ini karena pohon sudah tua, tidak dipupuk ditambah serangan pestalotiopsis membuat produktivitas kebun tinggal 40% sehingga pendapatan petani minim sekali.
Pemerintah sebaiknya memberi subsidi sebesar 60% pendapatan dari produktivitas yang hilang misalnya dengan memberi bantuan supaya petani mampu menanam tanaman sela palawija yang menjadi sumber pendapatan. Ini untuk jangka pendek.
Sedang solusi jangka panjang adalah replanting dengan benih unggul produktivitas tinggi yang tahan OPT, lakukan pemupukan karet sesuai rekomendasi. “Kalau ini tidak dilakukan, tidak ada harapan lagi untuk karet Indonesia. Saya minta pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota memikirkan karet sebelum musnah,” katanya.
TSR/SIR yang dihasilkan pabrik karet di Indonesia lebih disukai pabrik ban dunia karena hanya pabrik karet Indonesia yang punya kamar gantung/jemur sehingga property karetnya tidak menimbulkan bau. SIR punya nilai jual sendiri di pasar internasional.
Tahun 2020 pangsa pasar TSR dunia 52% dikuasai Indonesia. Thailand meskipun produsen terbesar hanya 26% menghasilkan TSR, sisanya lateks pekat dan sheet. Tapi tahun 2022 pangsa Indonesia turun jadi 40%, Thailand tetap. Pangsa pasar Indonesia diambil negara-negara baru penghasil karet yaitu Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar dan negara-negara Afrika.
“Hanya pemerintah yang bisa membantu petani. Kami dari industri sama menderitanya dengan petai sehingga tidak mungkin bisa membantu. Harus ada kemauan politik yang kuat dari pemerintah bahwa karet merupakan komoditas andalan , strategis, ada 2,5 juta petani dan 10 juta orang yang hidupnya tergantung . Jangan dianak tirikan tetapi pandang sebagai anak yang sakit,” katanya.
Tahun 2017 ketika harga karet masih tinggi produksi petani 3,6 juta ton dan 3,2 juta ton diekspor. Tahun 2022 produksi turun jadi 2,6 juta ton ekspor 2 juta ton.”Dalam lima tahun turun sampai 1 juta ton atau 30% sangat mengerikan. Karena itu ada 47 pabrik yang tutup karena kekurangan bahan baku. Sampai Juli 2023 terjadi penurunan produksi 12%,” katanya.