Jakarta, mediaperkebunan.id – Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) kembali menggelar Evaluasi Tahunan Ilmiah Kinerja Agribisnis Perkebunan (ETIKAP). Diketahui, tahun ini yang diadakan pada hari Rabu (11/06) menjadi ETIKAP ke-6 yang diselenggarakan dengan tema “Diseminasi Inovasi dan Teknologi Petani Sawit, Kelapa, dan Kakao”.
Ketua umum GPPI, Dr. Ir. Delima Hasri Azhari, MS, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas segala kontribusi berbagai pihak yang mendukung terlaksananya acara ETIKAP, di antaranya adalah Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Riset Perkebunan Nusantara (RPN), PTPN III Holding, dan Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC).
Diadakan di Manhattan Hotel Kuningan, acara ETIKAP ini menurut Delima menjadi bentuk peringatan akan peran besar sektor perkebunan Indonesia.

“Perkebunan berperan besar dalam ekspor dan produk kita pertama kali masuk ke Amerika Serikat melalui Pelabuhan Manhattan. Kita patut bersyukur bisa mengadakan ETIKAP yang ke-6 ini semoga senantiasa memberikan manfaat bagi kita semua,” ungkap Delima.
Hadir memberikan sambutan, Direktur Hilirisasi Perkebunan Kementerian Pertanian, Haris Darmawan mewakili Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan gambaran besar peraturan terkait pengembangan komoditas perkebunan yang masih dalam proses penyusunan.
“Komoditas utama seperti sawit, kelapa, dan kakao menyumbang miliaran dolar ekspor dan menciptakan lapangan kerja. Kami berharap dengan masuknya dua komoditi ini (kakao dan kelapa) bisa disamakan dengan kelapa sawit yang memiliki tiga program strategis yaitu peremajaan, SDM, dan Sarana Prasarana (Sarpras),” tutur Haris.

Namun, dibalik terciptanya peluang ada tantangan komoditas perkebunan yang harus dihadapi, di sektor sawit misalnya.
“Tantangan tetap ada, seperti stagnasi lahan di angka 1,83 juta hektare, serta produktivitas sawit yang masih rendah, hanya 3,8 ton hektare dari potensi yang bisa dihasilkan sebesar 5 ton,” lanjut Haris.
Haris dalam sambutannya juga menyoroti program hilirisasi yang menargetkan 500ribu hektar untuk peremajaan kelapa.
“Industri kelapa juga mengalami tantangan, salah satunya dari hulu yaitu tidak tersedianya bahan baku dan rendahnya produksi sementara ekspor kelapa dalam bentuk mentah yang marak,” pungkas Haris.
Sementara itu, kakao Indonesia juga disebut harus menjaga pasokan dan daya saing di pasar global.
“Indonesia memiliki tantangan dalam menjaga pasokan dan daya saing di pasar global. Meski salah satu produsen terbesar di dunia, produksi dalam negeri terus menurun dan beberapa perusahaan bahkan mengimpor kakao,” ujarnya.
Melalui ETIKAP, Kementerian Pertanian berharap dapat memberikan masukan untuk Permentan ISPO yang sedang disusun sehingga akan tercipta kolaborasi antar sektor dan sinergi dalam mengembangkan inovasi berdampak global.