Purwokerto, mediaperkebunan.id – Gawat, mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi Indonesia bakal mengalami kekurangan atau krisis sumber daya manusia (SDM) untuk tenaga kerja di bidang penderes tanaman kelapa.
Menurut Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, ada sejumlah penyebab yang memungkinkan munculnya krisis tenaga penderes kelapa muncul di masa depan, yaitu minimnya minat generasi muda untuk menjadi tenaga penderes kelapa.
Kekhawatiran itu diungkapkan Bupati Banyumas saat mendampingi Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto, dan Wamendes PDT Ahmad Riza Patria.
Mereka hadir dalam acara pelepasan ekspor gula semut berbasis kelapa yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kabul Ciptaku, Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kamis (1/5/2025).
Turut hadir dalam acara itu Direktur Jendral (Dirjen) Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi, anggota Komisi V DPR RI Yanuar Arif Wibowo, para pengurus BUMDes Kabul Ciptaku, serta manajemen CV Java Agro Mandiri yang menjadi mitra ekspor.
Penyebab lainnya, kata Bupati seperti dikutip mediaperkebunan.id dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas, Jumat (2/5/2025), adalah tidak adanya kepastian kesejahteraan dan keselamatan dalam bekerja sebagai tenaga penderes kelapa.
Namun, Bupati Banyumas berbicara bukan tanpa solusi atau ide. Dalam kesempatan itu Sadewo Tri Lastiono mengusulkan agar di masa depan akan ada lebih banyak desa yang diberdayakan untuk ekspor gula semut kelapa agar tercipta banyak peluang kerja, termasuk bagi tenaga penderes.
“Serta menegaskan pentingnya dukungan (dari pemerintah dan pihak terkait) berupa laboratorium pengujian dan bibit kelapa genjah guna menunjang kualitas dan keberlanjutan produksi gula kelapa,” sambung Bupati Banyumas lagi.
Sebagai informasi, kelapa genjah sangat dibutuhkan karena usia panen bisa lebih cepat dan tingkat ketinggian pohon cukup rendah dibandingkan kelapa konvensional yang menjulang tinggi.
Dengan demikian, maka tanaman kelapa genjah yang berkarakter pendek dan berbuah lebat tidak akan menyulitkan untuk proses penderesan kelapa yang dilakukan oleh tenaga penderes.
Bupati Banyumas menambahkan, sangat dibutuhkan juga adanya jaminan keselamatan kerja penderes melalui program asuransi tenaga kerja, baik dari Pemkab Banyumas maupun melalui berbagai program yang ada di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Tenaga Kerja, baik jalur mandiri maupun jalur pegawai
Bupati bilang, semua persoalan itu perlu diperhatikan semua pihak, mengingat 90 persen kebutuhan gula semut kelapa di dunia dipasok dari Indonesia, sedangkan 80 persen produksi gula semut kelapa di Indonesia itu berasal dari Banyumas dan kabupaten sekitarnya.
“Artinya, tanaman kelapa di Banyumas dan di daerah sekitarnya ini bisa menjadi tulang punggung negeri ini untuk ekspor gula semut,” katanya menegaskan.
Menanggapi hal itu, Mendes PDT Yandri Susanto juga bersikap senada dan menginginkan adanya regenerasi penderes nira kelapa dalam waktu dekat.
“Sebab, jika generasi muda tidak mau menjadi tenaga penderes, hal itu akan menghambat keberlangsungan industri gula semut kelapa,” ucap Mendes PDT Yandri Susanto seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman berita Antara.
Oleh karena itu, kata dia, perlu adanya semacam peningkatan SDM dan budi daya kelapa genjah untuk menggantikan tanaman kelapa konvensional yang batang pohonnya terlalu tinggi, sehingga sangat berisiko bagi penderes ketika jatuh.
“Jadi, nanti kita akan cari format yang terbaik, sehingga kelapa genjah itu menjadi lebih masif. Kemudian tadi juga Pak Bupati Banyumas bilang perlu laboratorium tentang mutu dari hasil penyadapan (penderesan) sebelum diekspor, sehingga tidak ada lagi persoalan-persoalan di tingkat kualitas,” katanya.
Yandri mengatakan hal itu berarti negara atau banyak pihak harus hadir di tingkat desa untuk memastikan produk-produk berbasis komoditas yang berasal dari desa, termasuk yang ada di Kabupaten Banyumas, benar-benar bisa bermanfaat.