2024, 15 September
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berupaya kelola 50 Hektar lahan mangrove di Kalimantan Tengah (Kalteng). Hal ini berlatar belakang kerusakan garis pantai yang menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di Kalteng.

Berdasarkan kajian resiko bencana nasional Kalteng, gelombang ekstrem yang muncul akibat siklon tropis ini menimbulkan potensi abrasi di Kalteng. Kotawaringin Barat (Kobar) sendiri memiliki luasan abrasi tertinggi di Kalteng.

“Kabupaten Kobar sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilakukan oleh semua pihak,” tegas Asisten II Setda Kobar, Kamaludin mewakili Pejabat Bupati Kotawaringin Barat. Dalam acara penanaman bakau atau mangrove yang di Desa Sebuai, Kotawaringin Barat, sabtu (14/9/23).

GAPKI bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menjadi penginisiasi acara dan melibatkan Kelompok Tani Talok di Desa Sebuai, Kobar. Melakukan pengelolaan di atas lahan 20 Hektar dengan menggunakan 55 ribu bibit mangrove.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengungkapkan telah berhasil mengelola sebanyak 88 ribu pohon mangrove pada 30 hektar pesisir pantai dalam tiga tahun terakhir. “Keberhasilan pengelolaan mangrove ini ditunjukkan dari tingkat kelangsungan hidup mangrove yang mencapai 90 persen,” ucap Mukti.

Dengan adanya program rehabilitasi di 2024 ini, maka kegiatan kelola lahan mangrove Kalteng oleh GAPKI yang telah berjalan sejak 2021 tersebut telah menanam lebih dari 140 ribu mangrove di atas 50 hektar lahan. “Kegiatan ini sebagai komitmen GAPKI dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan,” tegas Mukti. Lebih lanjut, Ia berharap, kegiatan ini dapat menggugah seluruh pihak akan pentingnya penanganan abrasi.

Kepala Desa Sebuai, Tohari menyampaikan program rehabilitasi GAPKI bersama dengan Kemenko Marves memberikan dampak panjang yang luar biasa. Menurutnya, bukan hanya mampu menahan abrasi dengan sangat efektif, rehabilitasi mangrove juga menciptakan ekosistem baru bagi biota laut.

Baca Juga:  Ditengah Covid-19, Biarlah Petani dan PKS Bekerja Sesuai Aturan

“Pergeseran abrasi pantai terus bertambah akibat perubahan iklim, rehabilitasi mangrove menjadi langkah nyata dalam penanganan abrasi. Investasi ini memberikan dampak langsung kepada seluruh lapisan masyarakat dan tentu saja untuk lingkungan. Terutama sebagai sumber tumbuh kembangnya ekosistem laut” tegas Tohari.

Baginya, area konservasi mangrove tidak hanya menjaga ekosistem pantai secara berkelanjutan. Namun, mampu memberikan kehidupan baru bagi tumbuhan dan binatang yang memberikan manfaat dan mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat di Desa Sebuai.(*)