2016, 16 Juni
Share berita:

Tanaman perkebunan rata-rata dikuasai oleh petani, atas dasar itulah Gamal Nasir selaku Dirjen Perkebunan sangat konsen dalam membuat regulasi guna mensejahterakan petani perkebunan.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Anizar Simanjuntak sangat tertegun dengan sikap Gamal Nasir. Bagaimana tidak, beliau tidak pernah merasa sebagai seorang pejabat. Bahkan kapan pun petani ingin menyuarakan aspirasinya selalu ada waktu.

“Jadi kapan pun saya mau nelpon, selalu diangkat. Bahkan dia tidak sungkan-sungkan untuk memberikan solusi untuk petani perkebunan,” ucap Anizar, Kamis (16/6).

Contoh, lanjut Anizar, bukti kepeduliannya terhadap petani yaitu beliau memperjuangkan bagaimana agar setiap perusahaan wajib menyisihkan 20 persen dari izin usaha perkebunan (IUP) yang didapatkannya.

Tujuannya, agar masyarakat ikut merasakan pembangunan perkebunan yang dilakukan oleh perusahaan. Melalui 20% dari setiap IUP yang didapatkan oleh perusahaan maka akan semakin banyak masayarat sekitar menjadi petani plasma atau mitra dari perusahaan yang berdiri. Alhasil pembangunan perkebunan ikut dirasakan oleh masyarakat.

“DIa sangat konsisten terhadap prinsipnya bagaimana keuntungan dari perkebunan kelapa sawit dapat dinikmati bersama,” ucap Anizar.

Hal senada diungkapkan Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arif Zamroni kepedualiannya terhadap petani perkebunan diwujudkan dengan memberikan bentuan kepada petani tidak hanya berupa bibit unggul, tapi memperbaiki serta membangun Lembaga atau Koperasi petani dibeberapa daerah.

Sebab harus diakui hanya dengan memperkuat posisi petani maka posisi tawar petani kepada pengepul akan menjadi lebh kuat. “Hal itulah yang dilakukannya kepada petani kakao,” kata Arif.

Disisi lain, Arif menambahkan agar harga kakao bisa terdongkrak, pihaknya berkomitmen untuk menjaga agar bea masuk (BM) biji kakao dipastikan tidak akan menyentuh angka 0 persen maksimal 5%. Tujuannya jika sampai BM biji kakao menembus angka 0 persen, bukan tidak mungkin harga biji kakao didalam negeri akan tergerus oleh biji kakao yang datang dari luar negeri.

Baca Juga:  INDUSTRI SAWIT HARUS INWARD LOOKING HADAPI CORONA

“Sebab dampaknya jika sapai harga biji kakao dalam negeri jatuh akibat biji kakao impor maka petanilah yang akan merugi. Hal ini karena 95% tanaman kakao yang ada di Indonesia adalah milik masyarakat,” jelas Arif.

Melihat hal ini, Arif berharap, ”kedepan harus ada beberapa tokoh lagi yang benar-benar mendukung petani perkebunan. Hal ini karena meski sektor perkebunan telah berhasil sebagai penyumbang devisa terbesar, tapi mayoritas kepemilikannya dikuasai oleh masyarakat atau dengan kata lain perkebunan rakyat.” YIN