2022, 27 Januari
Share berita:

Bogor, Mediaperkebunan.id

Perubahan iklim perlu dipandang sebagai tantangan dan peluang, bukan sekedar risiko dan ancaman bagi pertanian. Dr. Fadjry Djufry menyatakan hal ini dalam Orasi Profesor Riset sebagai Peneliti Utama di bidang Ilmu Budidaya dan Produksi dengan judul ‘Pertanian Cerdas Iklim Inovatif Berbasis Teknologi Budidaya Adaptif Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan”

Perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan pokok pertanian. Yang menyebabkan gagal panen, penurunan produksi,dergradasi dan perubahan kesesuaian lahan. Dampak positifnya adalah timbul pertanian adaptif yaitu pertanian cerdas iklim (PCI) yang dipadukan dengan presicion farming menjadi PCII (Pertanian Cerdas Iklim Inovatif).

PCII harus didukung oleh ketersediaan data (big data), digitalisasi sumber daya pertanian, dukungan inovasi teknologi budidaya adaptif unggul, sistim analisis dan prediksi iklim, dukungan manajemen dan kelembagaan.
Pengalaman dan pembelajaran pengembangan model farming inovatif yang berbasis teknologi unggul dan inovasi, kolaborasi dalam berbagai aspek dan hirarki menjadikan konsep RPIK ( Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif) menjadi pembuka jalan dan mempercepat pengembangan PCII.

PCII relevan dikembangkan di Indonesia berbasis pertanian presisi dengan tiga pilar utama adaptasi, mitigasi dan produktivitas tinggi. Pendekatannya adalah pengembangan teknis, kebijakan, dukungan investasi.

Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan pendapatan, mendorong kemampuan adaptasi dan ketahanan pangan terhadap perubahan iklim, menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.

Ketidakpastian iklim dan musim diatasi dengan teknologi dan sistim usaha pertanian adaptif dan tahan risiko iklim yang berbasis hubungan deterministik tanaman-iklim-air-tanah. Model deterministik mengkuantifikasi hubungan berbagai variabel fisik dan biofisik, derajat kepastian yang cukup tinggi.

Model deterministik digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman; dinamika air tanah, periode defisit surplus air dan waktu pemberian irigasi; kebutuhan benih dan pupuk; identifikasi wilayah potensial pengembangan tanaman perkebunan.

Baca Juga:  Kelapa Sawit Penyumbang Devisa Terbesar

Penggunaan lain untuk menguji dampak variabilitas dan perubahan iklim, integrasi prediksi musim untuk menduga potensi hasil tanaman. Diperlukan penerapan PCII secara spesifik lokasi.

PCII tanaman perkebunan adalah dengan penggunaan varietas yang toleran kekeringan dan pengendalian OPT; menyesuaikan waktu dan pola tanam; memperbaiki teknik pengairan dan drainase; membuat embung, sumur resapan; penanaman tanaman penutup tanah.

Beberapa teknologi yang dapat menurunkan emisi sekaligus ramah lingkungan dan juga mampu meningkatkan produksi adalah varietas rendah emisi, pemupukan berimbang, pupuk organik, pertanian sirkular dan integrasi tanaman ternak.
Ciri keberlanjutan PCII kemantapan produksi, ramah ekologis, efisien dan menguntungkan secara ekonomis, inklusif dan tangguh; adaptif terhadap perubahan iklim dan lahan.

Pendekatan dasar konsep PCII adalah pengelolaan cerdas komponen biotik dan abiotik agroekosistem memitigasi perubahan iklim secara makro degradasi lahan secara spesifik. Komponen abiotik yaitu lahan, hara, air, radiasi surya, unsur iklim lain dikelola dengan penyesuaian teknologi, penentuan waktu dan pola tanam.

Komponen biotik dikelola dengan penggunaan varietas unggul, analisa standing crop dengan satelit, pemilihan bahan tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida hayati, sistem tanam.