JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Junaedi mengatakan, peningkatan akses pasar komoditas perkebunan terutama rempah ke Uni Eropa cukup terbuka lebar di tengah peningkatan skala perundingan Indonesia-EU CEPA.
“Kesepakatan-kesepakatan yang akan dijalankan dalam perundingan tersebut adalah terkait akses pasar perdagangan barang dan jasa, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, serta regulasi teknis di bidang sanitari dan fitosanitasi (SPS),” ujarnya kepada Media Perkebunan.
Selain itu, kata Dedi, perundingan itu dibahas pula regulasi teknis di bidang hambatan teknis perdagangan (Technical Barriers to Trade/TBT), pengadaan pemerintah, Hak Kekayaan Intelektual dan semacamnya, persaingan usaha, transparansi kebijakan, penyelesaian sengketa, serta perdagangan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Komoditi rempah Indonesia pernah berjaya di masa lampau. Bangsa-bangsa asing berdatangan ke kepulauan Nusantara, berburu hasil perkebunan beraroma dan rasa kuat ini. Rempah asal Indonesia menjadi komoditas berharga sangat tinggi di pasar dunia.
Saat ini pemerintah terus berupaya untuk mengangkat kembali kejayaan rempah. Bahkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas perkebunan berupa rempah, yaitu pala.
Menurut Mentan, pendampingan kepada para petani harus dilakukan dengan menyesuaikan, baik teknologi maupun dengan situasi yang terjadi. Transformasi teknologi kepada petani sudah menjadi keharusan.
Apalagi, tambah Mentan, saat ini era digital. Pendampingan-pendampingan, bimbingan teknis tentang bagaimana cara budidaya harus menyesuaikan zaman. Apalagi di situasi seperti ini, pembatasan tatap muka. “Maka kita harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah,” katanya. (YR)