Jakarta, Mediaperkebunan.id
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5%/tahun, daya beli masyarakat juga semakin meningkat, kompleksitas industri makakan juga semakin meningkat. Indonesia dengan kebutuhan gula 7 juta ton kemampuan produksi hanya 2 ton saja. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan hal ini pada pembukaan National Sugar Summit 2023,di Jakartam Rabu (13/12).
“Masa kita mau gini-gini saja. Masyarakat dimana-mana prosesnya pertama menanam, kemudian berdagang , terus industrialisasi. Gula malah mundur dulu eksportir sekarang malah jadi importir terbesar. Kedepan kita harus berpikir ulang soal posisi, apakah cukup senang jadi pedagang saja atau berubah menjadi industrialis,” katanya.
Presiden sendiri jelas sudah menerbitkan Perpres 40/tahun 2023 yang mengharuskan ada tambahan lahan dan rendemen sampai 11%. “Disini saya tantang semuanya memperbaiki diri. Saya tidak mau menyalahkan siapapun. BUMN harus memperbaiki diri. Lewat blue print yang disusun bersama supaya tahun 2030 swasembada gula tercapai,” katanya.
Brasil mampu memproduksi gula 38 juta ton, India 32 juta dan negara tetangga Thailand 11 juta ton. Masa Indonesia tidak mampu. Pentingnya blue print disusun dan dikerjakan.
Upaya mencapai itu harus kolaborasi dengan semua pihak. BUMN tidak mau mendominasi, menjadi menara gading tetapi undang investor ,perusahaan swasta juga petani untuk sama-sama terlibat. “Kuenya besar sekali karena ekonomi terus tumbuh. Pasarnya besar jadi kalau dibagai semua mendapat untung,” katanya.
“Hilirisasi merupakan keharusan. Selama ini orang bicara soal nikel, padahal industri pangan juga harus. Kita sudah merintis dengan industri biofuel dari tebu dan sekarang sudah digunakan di 17 SPBU di Surabaya,” kata Erick lagi.
Soal BBM juga Indonesia harus punya posisi jelas apakah mau terus jadi impotir. Kendaraan listrik apakah mau 100% seperti China atau 50% seperti India. Kalau 50% maka masih ada peluang untuk mesin berbahan bakar. Bahan bakar disiapkan dari sawit dan tebu.