Jakarta, Mediaperkebunan.id
Saat ini kontribusi PTPN group terhadap produksi gula nasional belum terlalu significant. Sedang pada sisi lain pemerintah mencanangkan tercapainya ketahanan pangan dengan swasembada gula dan menugaskan PTPN III holding untuk lebih berperan.
Tugas itu berusaha diwujudkan oleh Kementerian BUMN dengan membentuk Sugar Co. Ini merupakan perusahaan baru yang mengelola seluruh Pabrik Gula (PG) di lingkungan PTPN III holding yang jumlahnya mencapai 35.
Badan hukumnya sudah terbentuk yaitu PT Sinergi Gula Nusantara. Saat ini masih dalam proses spin off PG dari masing-masing PTPN (PTPN II, VII, IX, X, XI, XII dan XIV) ke Sugar Co, sekaligus mencari mitra strategis (investor).
Investor sangat diperlukan sebab saat ini PTPN utangnya cukup besar, termasuk PTPN gula. “Supaya bisa lebih berdaya dan memberikan kontribusi yang cukup besar perlu dukungan pendanaan dari investor yang akan membeli saham kita. Investor bersama Sugar Co berusaha merealisasikan target-target yang sudah disusun dalam 10 tahun kedepan,” kata Aris Toharisman, CEO PT Sinergi Gula Nusantara (Sugar Co) kepada Mediaperkebunan.id.
Menurut Aris , Sugar Co saat ini sedang menyusun rencana dan target dalam sepuluh tahun ke depan meliputi time line, dukungan yang diperlukan dan langkah-langkah seperti apa yang diperlukan. Tahun ini ditargetkan sudah bisa menggandeng investor sehingga belum cukup waktu memperbaiki kinerja PTPN gula.
“ Saat ini kita sedang lakukan valuasi aset 35 PG untuk kemudian kita tawarkan pada investor. Tahapannya sekarang sudah memasuki beauty contest, dan diskusi. Tahap selanjutnya masuk due dilligence. Sudah ada 4 investor dari sebelumnya 14 investor. Tinggal 4 investor ini yang menindak lanjuti dengan serius. Dalam waktu 1-2 minggu ini akan dilakukan due dillegence untuk melihat kondisi dan situasi PG PTPN,” kata Aris.
“ Berapa nilai investasinya masih dalam proses negoisasi. Kami berharap mereka membeli saham kita maksimum 49%. Sekarang PG dan fasilitas pendukungnya divaluasi dulu berapa nilainya . Nilai ini menjadi saham PTPN bersangkutan dalam Sugar Co. Kepemilikan saham sugar Co saat ini terbagi antara PTPN gula dan PTPN III Holding,” kata Aris.
PTPN yang sekarang mengelola gula akan memindahkan PG dan SDM ke Sugar Co beserta tapak atau lokasi dan fasilitas pendukung seperti perumahaan karyawan dan lain-lain. Tetapi lahan HGU tetap dikelola PTPN untuk menanam tebu.
Sugar Co akan menjalin kerjasama jangka panjang dengan PTPN yang mengelola HGU. PTPN akan didukung penuh SugarCo agar ada perbaikan seperti peningkatan produktivitas. Aktivitas pengelolaan tebu PTPN di HGU akan disupervisi penuh oleh Sugar Co.
“Karena itu kriteria kita dalam menggandeng investor adalah mereka yang punya know how dari sisi teknologi on farm dan off farm dan sudah berpengalaman dari sisi distribusi. Paling utama adalah pendanaan. Mereka harus punya pendanaan yang kuat dan komitmen terhadap target-target capaian dari pemerintah, Dengan kritera itu jadi kekuatan bagi kita bahwa nanti investor yang digandeng bukan investor sembarangan,” kata Aris.
Spin off dari PTPN adalah PG beserta pendukungnya seperti perumahan karyawan, juga kemitraan dengan tebu rakyat, kemitraan agroforestry dengan Perum Perhutani dan sumber-sumber tebu lainnya. Sedang HGU tetap dimiliki PTPN. Sebagian besar karyawan juga bergabung dengan Sugar Co kecuali yang mengurus HGU.
PTPN gula yaitu PTPN X dan XI kalau spin off sudah berjalan kemungkinan besar akan di merger sebab tidak efektif kalau satu PTPN hanya punya lahan HGU 1.500 ha. Sudah dibuat perencanaan supaya PTPN ke depan semakin kuat. Sedang PTPN lain bisnis utamanya adalah tanaman tahunan sehingga tidak ada masalah sepeti PTPN II kelapa sawit, PTPN VII Sawit dan karet, PTPN XII karet, kopi, kakao dan teh, PTPN XIV juga.