Nilai ekspor teh Indonesia periode Januari hingga September 2016 mengalami penurunan 17,21 persen dibanding tahun sebelumnya. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat nilai ekspor teh sebanyak USD86,35 juta. Padahal pada periode yang sama pada 2015 nilai ekspor mencapai sebesar USD104,30 juta.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Dody Edward mengungkapkan, terjadiya penurunan disebabkan pada lemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Bank Dunia merilis bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini direvisi menjadi 2,4 persen padahal sebelumnya diprediksi bakal tumbuh 2,9 persen.
Penurunan ekspor teh juga terjadi akibat produksinya belum meningkat pesat. “Ini karena lahan teh kita belum bisa ditingkatkan, kemudian mesin dan cara pengolahan seperti memetik dengan baik itu juga masih kurang,” ujar Dody pada Forum Ekspor 2016, di Jakarta, Senin (21/11).
Sebenarnya, lanjut Dody, permintaan dunia atas produk-produk teh olahan mengalami peningkatan sekitar tiga persen per tahunnya. Hanya saja produksi olahan teh Indonesia masih rendah, sehingga sulit untuk menyuplai ke pasar global.
Menurut Dody, saat ini pasar teh dunia perlu teh dalam bentuk olahan dan produk seperti kosmetik dan obat-obatan. Kendalanya, adalah soal permesinan dan kemasan. Untuk itu, perlu ada langkah dan upaya untuk menyelesaikan persoalan dimaksud. (YR)