JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Meskipun ekspor produk minyak sawit pada 2020 turun, namun nilai ekspor produk minyak sawit bertambah 13,65 persen dari USD 20,21 miliar menjadi USD22,97 miliar.
“Kenaikan nilai ekspor itu ikut menyumbang pada kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 lalu yang tercatat surplus USD 21,27 miliar,” ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam Refleksi Industri Sawit 2020 dan Prospek 2021 secara virtual, Kamis (4/2).
Menurut Joko, tanpa sumbangan ekspor sawit maka neraca perdagangan berpotensi mengalami defisit. “Kemarin presiden juga menyatakan bahwa surplusnya naik, ekspornya naik, tapi masak cuma dari sawit, presiden saja bilang begitu,” ujarnya.
Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor produk minyak sawit pada 2020 menurun 9,09 persen dibanding pada periode sebelumnya. Ekspor produk sawit 2020 mencapai sebesar 34 juta ton yang pada 2019 sebesar 37,4 juta ton.
Menurut Joko, penurunan volume ekspor sawit tahun 2020 bisa dimaklumi, karena pasar global terganggu pandemi covid-19. “Adanya pelemahan demand karena hampir semua negara tujuan ekspor yang besar mengalami lockdown, mulai dari Eropa, India, China,” katanya.
Gapki mencatat mayoritas ekspor ke negara tujuan mengalami kontraksi. Ekspor ke China turun 24 persen, Uni Eropa turun 12 persen, Bangladesh turun 23 persen, Timur Tengah turun 11 persen atau turun 280,7 ribu ton, dan Afrika turun 8 persen atau minus 249,2 ribu ton. Sedangkan ekspor India naik 2 persen dan Pakistan naik 12 persen. (YR)