2021, 24 Maret
Share berita:

Seoul, Mediaperkebunan.id

Nilai ekspor rempah Indonesia ke Korea Selatan tahun 2020 bernilai USD3 juta, atau Rp45 miliar, sekitar 10% dari total nilai impor rempah Korea Selatan. Indonesia masih kalah dari Veitnam yang nilainya 20% dari total impor rempah negeri ginseng ini. Umar Hadi, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan menyatakan hal ini pada webinar yang diselenggarakan Dewan Rempah Indonesia dan KBRI Seoul.

“Padahal kita adalah negara penghasil rempah sejak jaman dulu. Karena itu saya harapkan dalam 1-2 mendatang ekspor rempah kita meningkat sampai 2 kali lipat yaitu USD6 juta. Potensi besar sebab saat ini di Korea Selatan ada 25 restoran Indonesia baik yang dimiliki orang Indonesia atau Korea. Di Seoul sendiri ada 3 restoran Indonesia yang dimiliki orang Indonesia dan 5 orang Korea,” katanya.

Keluhan utama importir rempah Korea Selatan adalah konsistensi mutu. “Sering terjadi pengiriman ke 1,2 dan 3 mutu masih bagus. Pengiriman ke empat mutu mulai menurun. Jadi saya benar-benar minta perhatikan masalah mutu ini. Setelah itu kemasan dan paling penting adalah sertifikat Sanitary and Phytosanytary. Beberapa produk rempah Indonesia yang sudah masuk ke Korsel untuk kebutuhan restoran Indonesia adalah ketumbar, daun salam dan serai kering,” katanya.

Nuning S Barwa, Ketua Bidang Pemasaran , Promosi dan Advokasi Dewan Rempah Indonesia menyatakan pada awal pandemi Covid-19, permintaan rempah dan herbal meningkat. Perubahan perilaku konsumen, sistim pemasaran on line yang berkembang pesat dan sistim distibusi ke konsumen akan mempengaruhi industri rempah ke depan.

Nilai pasar bumbu dan rempah global tahun 2019 mencapai USD13,77 miliar dan diperkirakan dalam periode 2020-2027 akan bertumbuh 6,3%/tahun. Meningkatkan kesediaan pembeli untuk membayar harga premium untuk rasa etnis menciptakan pasar baru dan mendorong pasar untuk berkembang. ‘

Baca Juga:  Target 1000 Triliun, Barantan Ekspor Produk Pertanian ke 23 Negara

Meningkatnya permintaan campuran rempah siap pakai juga menjadi pasar yang sangat menjanjikan. Meningkatnya permintaan rempah baik untuk komersial maupun rumah tangga bukan karena masalah cita rasa dan aromanya saja tetapi juga manfaatnya untuk kesehatan.

Pertumbuhan pasar rempah diperkirakan mencapai 3,89%/tahun dan akan mencapai USD14,512 miliar pada tahun 2025. Pemicunya adalah meningkatkan kesukaan terhadap rempah kemasan dan semakin populernya masakan lintas budaya.

Kuartal pertama 2020 nilai ekspor rempah Indonesia USD218 juta atau meningkat 19,28% dibanding periode sama tahun 2019. Rempah utama yang diekspor adalah lada nilainya USD40,88 juta (sekitar 18,7% dari total ekspor rempah); cengkeh USD37,26 juta (17,04%); Pala utuh USD26,47 juta (12,11%), pala bubuk USD7,04 juta dan fuli USD18,67 juta (8,54%); kayu manis berupa bubuk USD25,38 juta (11,61%), kayu manis utuh USD12,9 juta; vanilli USD16,67 juta; kapulaga USD7,67 juta.

Ekspor rempah ke Korsel tahun 2020 yang paling besar adalah lada USD2,73 juta, pala USD 883.579, cengkeh USD 355.592, vanilli USD171.307, kayu manis USD9.788.