Benar, sepanjang bulan Juli 2017 harga rata-rata minyak sawit global tercatat menurun 2,76% atau dari USD 681,30 per metrik ton tergelincir menjadi USD 662,50 per metrik ton. Ini karena harga sepanjang Juli hanya bergerak di kisaran USD 650 – USD 672,50 per metrik ton.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan dalam keterangan tertulis yang dikirmkan ke perkebunannews.com, (18/9).
Namun, menurut Fadhil, harga yang rendah ini mengerek volume ekspor minyak sawit Indonesia. terbukti, berdasarkan catatannya bahwa di bulan Juli 2017, volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya) membukukan peningkatan mencapai 2,4 juta ton. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 13% dibandingkan bulan Juni lalu yang hanya mencapai 2,13 juta ton.
“Ekspor minyak Indonesia terkerek karena naiknya permintaan dari negara-negara Afrika dan China yang cukup signifikan,” kata Fadhil.
Tidak hanya itu, Fadhil mengatakan negara-negara Afrika tercatat membukukan kenaikan permintaan sebesar 54% pada Juli ini dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau dari 143,86 ribu ton meningkat menjadi 222,07 ribu ton. Sementara itu Negeri Tirai Bambu mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 53% atau dari 109,08 ribu ton pada bulan Juni meningkat menjadi 167,28 ribu ton di Juli.
Kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga diikuti oleh Pakistan yang membukukan kenaikan 34% atau dari 154,41 ribu ton di Juni naik menjadi 206,47 ribu ton di Juli. “Harga yang murah menjadi salah satu alasan kenaikan impor minyak sawit oleh Pakistan. Negara-negara Timur Tengah juga mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 14%,” ungkap Fadhil.
Sebaliknya, Fadhil menjelaskan bahwa India yang biasanya akan membeli banyak di saat harga sedang rendah, justru hanya stagnan. Stagnasi permintaan dari India akibat dari menumpuknya stock di dalam negeri minyak nabati baik minyak sawit maupun kedelai, dimana para traders telah membeli partai besar pada bulan sebelumnya sebagai langkah antisipasi dari pemerintah India yang akan menaikkan tarif impor minyak nabati.
“Stagnasi permintaan juga dialami di negara-negara Uni Eropa, dimana permintaan hanya naik 1% di Juli ini dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ungkap Fadhil.
Begitu juga dengan Amerika Serikat, Fadhil mengakui, “ bahwa adanya penurunan permintaan minyak sawit dari Indonesia sebesar 15% atau dari 99,93 ribu ton di Juni turun menjadi 84,61 ribu ton di Juli,” pungkas Fadhil. YIN