Jakarta, mediaperkebunan.id – Sebagai salah satu upaya peningkatan ekspor produk kopi, teh, dan kakao Indonesia ke Inggris pasca-Brexit, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan pertemuan bisnis virtual dengan tema ‘Post Brexit: Strategi Peningkatan Ekspor Produk Kopi, Teh dan Kakao ke Inggris’.
Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat semakin membuka peluang para pelaku usaha Indonesia untuk mengeskpor produk-produk tersebut ke Inggris.
Turut hadir dalam acara ini, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris merangkap Irlandia, International Maritime Organization (IMO) Desra Percaya.
“Di tengah kondisi pasca-Brexit dan pandemi Covid-19 ini, para pelaku usaha produk kopi, teh, dan kakao Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang ekspor ke Inggris. Mengingat ketiga jenis produk ini tren konsumsinya tetap menunjukkan peningkatan di masa pandemi,” ujar Kasan.
Di samping peluang yang ada, menurut Kasan, saat ini juga terdapat beberapa tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kopi, teh dan kakao Indonesia dalam mengekspor produknya.
“Selain hambatan tarif, beberapa hambatan nontarif yang juga perlu diperhatikan diantaranya isu berkelanjutan (sustainability), lingkungan, serta story telling atau filosofi dari produk yang dipasarkan,” terang Kasan.
Lebih lanjut, menurut Kasan, sedangkan untuk produk kopi, adanya permintaan sertifikasi perdagangan yang adil (fair trade), berkelanjutan, sistem ketelusuran (traceability), dan organik kerap menjadi hambatan. Untuk teh, hambatannya adalah kandungan kadar antraquinone daun teh melampaui ambang batas 0,02 mg per kilogram. Lalu, hambatan untuk kakao Indonesia adalah kandungan kadar C admium masih melampaui ambang batas 0,5 ppm.
“Tantangan secara umum untuk ketiga produk tersebut diantaranya belum maksimalnya inovasi serta ketatnya persyaratan keamanan pangan (food safety), kontaminan makanan (food contaminants), serta pelabelan dan pengemasan (labeling and packaging),” terang Kasan.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris, Desra Percaya menyambut baik penyelenggaraan kegiatan kali ini. “Ini merupakan bentuk kolaboratif, adaptif, kreatif dan positif di tengah tantangan perubahan zaman di masa pandemi,” ungkap Desra.
Namun, harus doakui, Brexit menjadi salah satu tantangan selain pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai. “Tantangan ini harus dipandang sebagai peluang dan setiap transisi serta perubahan harus dikawal secara dekat, dikelola, dan dimanfaatkan bagi kepentingan nasional,” tambah Desra.
Desra pun menjelaskan, Inggris saat ini berencana menerapkan aturan due diligence untuk tujuh komoditas kunci (kedelai, minyak kelapa sawit, kayu, pulp dan kertas, daging dan kulit sapi, karet, serta kakao) guna memastikan rantai pasokan komoditas tersebut tidak berkontribusi pada deforestasi.
“Untuk itu sinergi pemerintah dan pelaku usaha sangat penting untuk bekerja sama agar ekspor komoditas unggulan Indonesia, seperti kopi dan kakao, tidak terhambat aturan due diligence maupun hambatan nontarif lainnya,” jelas Desra. (YIN)