Medan, mediaperkebunan.id – Volume ekspor karet alam pada Januari 2025 tercatat mencapai 25.910 ton yang menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 23.467 ton atau naik 10,41% secara bulanan (MoM). Namun, jika dibandingkan dengan Januari 2024 yang mencatatkan ekspor 25.799 ton pertumbuhan tahunan (YoY) ini hanya sebesar 0,43%.
Meskipun terjadi peningkatan, jumlah ekspor ini masih jauh di bawah rata-rata normal yang biasanya mencapai 42 ribu ton per bulan. Faktor utama yang menghambat pemulihan ekspor secara signifikan adalah berkurangnya permintaan dari China akibat libur panjang menjelang Tahun Baru Imlek. Selain itu, pasokan karet dari Sumatera Utara masih terganggu oleh curah hujan tinggi yang menyebabkan petani kesulitan melakukan penyadapan karena kondisi kebun yang kurang mendukung.
Di sisi lain, keputusan untuk menunda penerapan Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) memberi waktu tambahan bagi pelaku industri karet untuk mempersiapkan sistem sertifikasi bebas deforestasi. Dengan adanya penundaan ini, diharapkan produsen dan eksportir dapat mempercepat implementasi sistem pelacakan dan sertifikasi guna meningkatkan daya saing karet alam di pasar global.
Tujuan Ekspor Karet Januari 2025: Jepang Dominan
Sepanjang Januari 2025, ekspor karet alam tersebar ke 25 negara dengan Jepang sebagai tujuan utama (36,18%) yang diikuti oleh Amerika Serikat (19,33%), Brasil (9,96%), China (6,30%), dan Kanada (5,88%).
Sementara itu, ekspor ke negara-negara Eropa juga mengalami kenaikan. Pangsa ekspor ke 10 negara Eropa mencapai 6,74% dari total ekspor, naik dari 6,31% pada Desember 2024. Beberapa negara tujuan ekspor di Eropa mencakup Spanyol (0,88%), Belgia (0,81%), Luksemburg (0,26%), Italia (0,26%), Prancis (0,21%), dan beberapa negara lainnya seperti Slovenia, Serbia, Belanda, Rumania, Polandia, Bulgaria, serta Finlandia dengan masing-masing persentase kecil.
Produksi Karet dan Tren Harga
Dari sisi produksi, pasokan karet dari perkebunan rakyat mulai menunjukkan perbaikan seiring dengan membaiknya harga karet. Hal ini mendorong para petani kembali melakukan penyadapan setelah sebelumnya sempat menunda akibat harga yang rendah. Meski demikian, harga karet pada Januari 2025 sedikit menurun dibandingkan Desember 2024 yang berpotensi membatasi peningkatan produksi.
Curah hujan yang masih tinggi juga menjadi tantangan dalam meningkatkan pasokan bahan baku. Kondisi cuaca ini berdampak pada keterlambatan produksi dan distribusi dari kebun ke pabrik pengolahan.
Di pasar global, harga rata-rata SICOM-TSR20 pada Januari 2025 tercatat sebesar 193,26 sen AS per kg. Sementara harga penutupan pada 7 Februari 2025 berada di 196,8 sen AS per kg yang mencerminkan tren stabil dengan kecenderungan menguat.
Prospek dan Tantangan ke Depan
Dalam beberapa waktu mendatang kinerja ekspor karet alam diprediksi masih menghadapi tantangan, terutama dari sisi permintaan global. China sebagai salah satu konsumen utama diperkirakan baru kembali aktif setelah perayaan Imlek. Di sisi lain, produksi dalam negeri masih terhambat oleh faktor cuaca. Namun, jika harga karet terus meningkat diharapkan lebih banyak petani yang kembali aktif menyadap karet sehingga pasokan bisa bertambah dan ekspor mendekati tingkat normal.
Penundaan implementasi EUDR juga memberi peluang bagi industri karet untuk menyesuaikan diri dengan regulasi tersebut. Peningkatan transparansi dalam rantai pasok serta sertifikasi keberlanjutan menjadi langkah penting agar ekspor karet alam tetap kompetitif, terutama di pasar Uni Eropa yang semakin memperketat aturan terkait produk berbasis komoditas pertanian.