Ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia pada Maret 2016 turun 24 % atau sebesar 1,74 ton dibandingkan bulan lalu sebesar 2,29 juta ton. Penurunan ekspor yang cukup signifikan selain adanya pengurangan pasokan ke luar negeri juga untuk menjaga kestabilan stok minyak sawit di dalam negeri karena tren penurunan produksi terus berlanjut.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan menyebutkan, sepanjang Maret hampir semua negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia membukukan penurunan kecuali India dan negera-negara Timur Tengah.
Pada Maret ini, impor Amerika Serikat anjlok sangat signifikan sebesar 84% dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau dari 74,68 ribu ton menjadi 12,24 ribu ton. Anjloknya permintaan Negeri Paman Sam disebabkan stok kedelai yang sangat tinggi di dalam negeri AS.
Penurunan impor minyak sawit dari Indonesia diikuti oleh negara-negara Afrika 53%, Bangladesh 46%, Pakistan 31%, China 30%, dan negara-negara Uni Eropa 13%. Penurunan impor minyak sawit dari negara-negara ini terutama karena harga minyak sawit yang mulai tinggi dan adanya perlambatan ekonomi di Pakistan dan Bangladesh.
Sementara China lebih memilih membeli kedelai untuk memenuhi permintaan soymeal yang tinggi di dalam negeri karena meningkatnya pembiakan ternak di Negeri Tirai Bambu.
Di sisi lain, kenaikan permintaan minyak sawit Indonesia pada Maret hanya dari negara-negara Timur Tengah dan India. Kenaikan permintaan yang cukup signifikan datang dari negara-negara Timur Tengah sebesar 24%.
Naiknya permintaan dari negara-negara Timur Tengah karena pemerintah mulai meningkatkan promosi dagang terutama ke Turki yang nantinya diharapkan dapat membuka pintu-pintu perdagangan ke negera Timur Tengah lainnya. Sementara itu kenaikan permintaan India pada Maret ini sangat kecil di bawah 1%. (YR)