Haryono S, sebagai Ketua Komisi Teknis bidang Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional minta siapapun pejabat yang berwenang terhadap status PT Riset Perkebunan Nusantara untuk segera menyelesaikannya.
“Saya titip keberadaan PT RPN yang membawahi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Karet, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Teh dan Kina, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia dan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri untuk menyelesaikan masalah statusnya,” katanya.
Hal ini harus dilakukan untuk menjamin efisiensi pelaksanaan riset. Sekarang dengan status swasta bukan, pemerintah bukan, membuat terjebak dalam keharusan membayar pajak lahan. Dulu tidak membayar karena ada aturan khusus yang mengatur (lex specialis).
“Sekarang anggaran mereka habis untuk membayar sewa lahan. Dalam kondisi seperti ini bagaimana riset bisa berkembang. Harus segera diselesaikan supaya riset bisa efisien,” katanya. Diharapkan tahun 2017 masalah status ini sudah selesai.
Dalam situasi seperti ini, para peneliti sawit Indonesia di PPKS dengan segala keterbatasannya sudah melakukan lompatan walaupun sebagain besar dalam bentuk invesi atau temuan. “Sekarang yang kita perlukan merubah invesi jadi inovasi yaitu invesi yang dikomersialkan dan diaplikasikan secara masal sehingga akan bawa dampak ekonomi,” katanya.
Sawit bagi Indonesia merupakan penghasil devisa nomor satu komoditas nonmigas, artinya sawit harus dapat perhatian serius dan memadai dari pemerintah dan hal ini sudah dilakukan. Sustainable kelapa sawit diharapkan lebih baik lewat riset dan kuncinya ada pada pembiayaan riset sawit yang lebih besar.
“Tidak ada daya saing komoditas yang tidak diawali dengan inovasi. Iinovasi tidak terjadi apabila tidak ada riset yang berkualitas. Tidak ada riset berkualitas tanpa anggaran dan dana,” katanya.
Anggaran riset untuk sawit dan perkebunan secara umum sekarang masih kurang. Sedang riset sawit yang dipunyai perusahaan swasta pada umumnya anggaran sudah cukup. Kedepan harus ada sinergi antar lembaga riset sawit ini ditambah anggaran yang meningkat dua atau tiga kali lipat.