Indonesia tidak perlu jadi importir biji kakao. Kebun kakao yang ada sekarang lebih baik diberi perlakukan baik intensifikasi, rehabilitasi maupun peremajaan. “Di sini kebun kakao banyak sekali. Malu kita kalau masih impor kakao. Jangan beri kesempatan Kementerian Perdagangan memberi izin impor kakao,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, Roem Kono pada kunjungan ke Kelompok Tani Harapan Jaya, Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Dinas yang membawahi perkebunan setempat diminta segera membuat daftar usulan yang diajukan ke pemerintah pusat. DPR pasti akan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan rakyat diantaranya adalah peningkatan produksi kakao.
Kelompok Tani Harapan Jaya sendiri luas kebun kakao mencapai 27 ha. Menurut Sudirman, ketua kelompok , tahun lalu produksi biji kakao 1,7 – 2,3 ton/ha. Beberapa petani sudah melakukan fermentasi dan menjual ke rumah coklat dengan perbedaan mencapai Rp8000/kg.
Saat ini tanaman kakao sedang terserang PBK (Penggerek Buah Kakao) sehingga produksi turun dan tidak bisa difermentasi. Kelompok tani minta bantuan pupuk formula khusus berdasarkan analisa tanah dan daun. Juga paket unit pengolah hasil berupa alat fermentasi, pengering dan Unit Pengolah Pupuk Organik.
Menurut anggota Komisi IV, H.M.Luthfy A. Mutty kejadian terserang PBK ini menunjukkan kelompok tani sebagai kelas belajar petani belum optimal. Kelompok ini belum belajar Sekolah Lapang Pengendalian PBK, baru SL Pengendadalian Hama Terpadu sehingga tidak memadai. Harus ada SL pengendalian PBK juga SL-SL lain seperti analisa usaha tani. Kedepan bantuan pusat sebaiknya jangan berupa alat saja tetapi juga penyuluhan.
Dirjen Perkebunan, Bambang, menyatakan siklus hidup PBK ini 33 hari. Kalau semua petani bergerak melakupan perompesan buah maka dalam 2 bulan hama ini akan lenyap. Karena itu tantangan sekarang adalah menggerakkan petani secara bersama-sama.
Dirjenbun sendiri menaruh perhatian khusus pada Sulawesi Tengah karena memiliki kebun kakao terluas di Indonesia yaitu 300.000 ha. Sedang luas kebun kakao Kabupaten Sigi mencapai 27.000 ha. Produksi kakao sekarang yang rata-rata masih 500-600 kg/ha masih bisa ditingkatkan menjadi 4-5 ton/ha.