Jakarta, Mediaperkebunan.id
Stok gula konsumsi sampai Mei 2021 dalam kondisi aman. Stok akhir Desember 2020 804.685 ton , perkiraan produksi dalam negeri 135.795 ton, perkiraan impor raw sugar setara GKP 646.944 ton sehingga persediaan gula 1.587.424 ton, kebutuhan diperkirakan 1.218.964 ton, neraca sampai Mei 368.460 ton. Herman Khaeron, anggota Komisi VI DPR-RI menyatakan hal ini.
“Pemeritah pada dasarnya perlu untuk menjaga kebijakan impor gula yang harus tetap mengacu pada neraca gula nasional sehingga tidak akan memicu kelebihan pasokan. Pemerintah perlu menerapkan mekanisme verifikasi agar dapat dibuktikan terjadi kekurangan bahan baku sehingga impor perlu dilakukan,” katanya.
Mengutip data Ditjen Perkebunan, sampai 28 Pebruasi 2021 stok fisik di gudang pabrik gula adalah 649.271,43 ton terdri dari milik PG 299.667,13 ton (PG BUMN 23.054,5 ton, PG swasta 276.612,43 ton), milik petani 111.319,26 ton (PG BUMN 100.867, 75 PG swasta 10.451,53 ton), milik pedagang 229.734,62 ton (PG BUMN 126.060,05 ton PG swasta 103.674,57 ton) dan milik Bulog 8.550,40 ton semuanya ada di PG Gendis Multi Manis (anak perusahaan Bulog).
Harga gula pasir lokal sendiri saat ini rata-rata sudah turun dari Rp13.500 kg awal Januari 2021 menjadi Rp13.400/kg. Harga gula domestik cenderung turun dari tahun ke tahun, sedangkan harga gula impor jauh lebih murah. Penyebabnya industri gula di negara-negara eksportir gula lebih baik sehingga biaya produksinya tidak setinggi Indonesia.
Kebijakan perdagangan gula yang berlaku saat ini belum mampu mensejahterakan petani tebu. Penyebabnya adalah terjadi peredaran Gula Kristal Rafinasi ke pasar bebas sehingga menghambat pasar GKP yang bersumber dari tebu petani.
Arum Sabil, Ketua Dewan Pembina DPP APTRI menyatakan dengan luas lahan hanya 400.000 ha saat ini mustahil mampu memenuhi kebutuhan gula yang mencapai 6 juta ton/tahun. Bila produktivitas dipacu 80 ton tebu/ha rendemen ditingkatkan jadi 10% produksi gula maksimal hanya 3,2 juta ton.
Untuk meningkatkan produksi gula maka harus ada kemauan politik mensejahterakan petani tebu. Harga gula yang ideal supaya petani tebu sejahtera adalah Rp15.000/kg tetapi saat ini harga lelang saja hanya Rp10.600/kg.
“Ada yang aneh pada gula ini. Di satu sisi permintaan tinggi dan tidak mampu dipenuhi oleh PG dalam negeri. Pasarnya besar produksi kurang seharusnya harga tinggi, tetapi malah turun terus,” katanya.
Impor gula perlu dikendalikan negara dengan mengambil keuntungan Rp2000/kg maka ada Rp8 triliun yang bisa didapat untuk membantu petani. Bila harga gula di konsumen sedang tinggi maka pemerintah tetap membeli gula petani dengan harga Rp15.000/kg dan menjual ke konsumen dengan harga Rp10.000/kg.