Jakarta, Mediaperkebunan.id
Salah satu upaya pemerintah untuk menaikkan nilai tawar petani karet adalah membentuk kelembagaan petani karet yang kuat. Kelembagaan itu adalah UPPB (unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar). Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono menyatakan hal ini.
Dalam UPPB petani bersatu menghasilkan bokar bersih sesuai standar mutu yang ditetapkan Kementan dan Kemendag. UPPB menjual langsung pada pabrik karet sehingga mata rantai pemasaran yang panjang berhasil dipotong. Dengan cara ini maka harga jual bokar petani lebih tinggi.
Kedepan pemerintah juga akan meningkatkan kapasitas UPPB untuk menghasilkan produk hilir. Mereka akan dilatih untuk menghasilkan produk karet yang dibutuhkan banyak orang seperti, sandal karet, con blok karet dan lain-lain.
Secara terpisah, Syoffinal, Ketua Koperasi Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (APKARKUSI) menyatakan saat ini sudah masuk ke industri hilir. Apkarkusi yang beranggotakan 51 kelompok tani karet yang membentuk UPPB saat ini sudah masuk ke vulkanisir ban. Kedepan akan masuk ke sandal karet, keser kaki, karpet mobil dan sparepart motor yang terbuat dari karet.
Afrizal Pahlevi, peneliti Pusat Penelitian Karet menyatakan kompetensi UPPB perlu ditingkatkan ke industri hilir sehingga tidak tergantung pada pabrik crumb rubber terus. Pusat Penelitian Karet sendiri siap melatih UPPB masuk ke hilir. Kuncinya adalah petani mau maju dan UPPB merupakan pintu masuknya. Petani yang mau maju biasanya mau berkelompok dalam UPPB.
Pada tahap awal buat produk yang pasarnya terbuka , merupakan kebutuhan sehari-hari dan standarnya tidak terlalu tinggi. Teknologinya bisa dijalankan petani, investasi dan biaya operasional rendah dan yang memenuhi semua syarat ini adalah berbasis lateks pekat yang memelukan alat relatif sederhana. Sedang yang berbasis lateks padat perlu alat dengan power besar yang harganya mahal.
“Saya rekomendasikan karet gelang. Barangnya seperti tidak penting tetapi selalu digunakan, sekali pakai dan produk rutin sehari-hari, hampir semua tempat membutuhkan. Dengan harga Rp5000-15.000/kg nilainya tambahnya lumayan besar juga pasarnya. Satu rumah makan kecil kebutuhan karet gelang mencapai 3-5 kg/bulan. Tidak ada SNI karena bukan produk khusus,” katanya.
Syaratnya petani harus berubah dari penghasill karet lump menjadi lateks, getah jangan dibekukan dan dijaga tetap cair. Lateks didadihkan dengan pemanasan kemudian diolah jadi karet gelang.
Sugeng Hartadi , Ketua Asosiasi UPPB Nasional menyatakan UPPB merupakan kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas karet sehingga mencapai K3 yang diinginkan. Bokar yang dihasilkan petani lewat UPPPB dijamin tidak direndam dan bebas kotoran.Dengan demikian harganya lebih baik.
UPPB juga menjadi jembatan antara petani dengan pemerintah dan pabrik. Bantuan pemerintah semuanya diberikan lewat UPPB. Pabrik crumb rubber juga melakukan pendampingan petani lewat UPPB lewat dinas perkebunan seperti yang dilakukan Kirana Megantara di Lubuk Linggau.
Sampai akhir tahun 2020 jumlah UPPB mencapai 460, terbanyak di Sumsel mencapai 318. Informasi terakhir saat ini ada 651 unit berarti ada tambahan 91 unit. Hal ini berkat kerjama Ditjen Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi dan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota.