2nd T-POMI
2019, 16 Agustus
Share berita:

Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat amanat untuk mengakselerasi peningkatan daya saing komoditas perkebunan di pasar internasional melalui ekspor dan kegiatan promosi. Berkaitan dengan hal tersebut, komoditas unggulan perkebunan seperti Pala terus didorong untuk berkontribusi terhadap penerimaan negara dari ekspor.

Dukungan Ditjebun dimulai dari hulu yaitu Program BUN 500 yaitu pembagian benih gratis sebanyak 100 juta batang untuk petani selama 5 tahun termasuk diantaranya pala. Sedang tanaman yang eksisting terus dipelihara dan dirawat.

“Kita bekerjasama dengan dinas yang membawahi perkebunan memonitor terus sehingga target produksi tercapai. Ini merupakan tanggung jawab ditjenbun mempersiapkan produk yang bermutu untuk ekspor. Eksportir juga jangan segan-segan kalau ada masalah untuk menghubungi kami. Kami memberikan pelayanan tanpa dipungut biaya,” kata Antarjo Dikin, Sekretaris Ditjen Perkebunan pada launching ekspor pala ke Belanda oleh PT Alam Sari Interbuana di Depok, 16/8.

PT. Alam Sari Interbuana merupakan salah satu mitra binaan Direktorat Jenderal Perkebunan yang bergerak dibidang pembinaan dan trading komoditas rempah Indonesia, khususnya pala ke pasar internasional. PT. Alam Sari Interbuana akan melakukan ekspor pala pada tanggal 16 Agustus 2019 sebanyak 13 ton yang terdiri dari nutmeg shrivels (5 ton) dan nutmeg shells (8 ton) yang ditujukan kepada Mouw Sourcing B.V/Spicemasters, Belanda melalui pelabuhan Tanjung Priok menuju pelabuhan Rotterdam, Belanda.

Menurut Antarjo, negara tujuan ekspor pala bukan hanya Belanda tetapi banyak negara lain. Portugis juga ingin pala dari Indonesia. Pala banyak kegunaanya selain untuk dikonsumsi juga minyaknya mahal.

Pala yang di ekspor PT. Alam Sari Interbuana berasal dari petani dari Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku. Dari dua provinsi ini pala diangkut ke Depok, diproses sesuai standar baru diekspor.

Baca Juga:  Kegiatan Sarpras PSR Strategis

Kondisi ini menurut Antarjo mengakibatkan biaya tinggi. Hal ini terjadi karena di Sulawesi dan Maluku tidak ada fasilitas sortasi. Karena itu Ditjenbun akan berkoordinasi dengan dinas setempat membangun fasilitas sortasi. Masalah lainnya adalah transportasi. Program tol laut diharapkan bisa mengatasi permasalahan ini. .