Jakarta,media perkebunan – Apapun yang terjadi peningkatan produktivitas kakao tetap dilakukan, sekalipun sedang terjadi perubahan iklim.
Benar, bahwa saat ini tengah terjadi peningkatan konsumsi olahan kakao, dalam hal ini cokelat. Menanggapi hal tersebut maka Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan produktivitas guna meningkatkan produksi nasional.
“Jadi kita terus berupaya untuk meningkatkan produksi kakao nasional,” kata Direktur Tanaman Tahunan dan Rpenyegar, Kementan, Heru Tri Widarto kepada media Perkebunan.
Adapun strateginya, kata Heru yakni melalui peremajaan dan perluasan tanaman kakao. Seperti diketahui peremajaan terus dilakukan karena memang tidak sedikit tanaman kakao yang sudah tua. “Kita tahun (2020) ini ada peremajaan dan perluasan tanaman kakao,” tegas Heru.
Berdasarkan catatan Ditjenbun Kementan bahwa peremajaan tanaman kakao ada seluas 6.410 hektar yang tersebar di 10 Provinsi meliputi 25 Kabupaten atau Kota. Sedangkan untuk perluasan tanaman kakao ada seluas 400 hektar yang tersebar di 4 provinsi meliputi 4 Kabupaten atau Kota.
“Kita berharap peluasan dan peremajaan ini benar-benar bisa meningkatkan volume biji kakao nasional,” harap Heru
Ditempat terpisah, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pun berkomitmen untuk terus berupaya mendorong dan memacu jajarannya, untuk lebih sigap dalam upaya melakukan antisipasi perlindungan tanaman pada sektor pertanian maupun perkebunan.
Hal ini dilakukan agar a ketersediaan komoditas tetap aman terjaga. Bahkan ditengah-tengah perubahan iklim produktivitas bukan hanya stabil tapi juga harus bisa meningkat. Hal tersebut dilakukan karena suka tidak suka permintaan akan komoditaspertanian, termasuk perkebunan juga meningkat.
Namun, hal tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Hal ini karena tak dapat dipungkiri banyak tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan produksi, salah satunya disebabkan oleh serangan organisme penggagu tanaman (OPT).
Contohnya, pada musim hujan sering terjadi peningkatan serangan penyakit tanaman hingga banjir yang dapat merusak areal perkebunan.
“Ini merupakan salah satu momok bagi petani kakao di 10 (sepuluh) provinsi yaitu Sulut, Sultra, Sulsel, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon di bagian timur Indonesia, yang merupakan UPT Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan),” papar Syahrul dalam keterangan tertulis.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2019, jumlah curah hujan rata-rata di 10 provinsi tersebut mencapai 1.870,63 mm yang termasuk dalam kategori curah hujan sangat tinggi (> 500 mm), sedangkan kelembapan rata-rata dan suhu rata-rata mencapai 82,05% dan 27,200C. (YIN)