2nd T-POMI
2021, 16 Agustus
Share berita:

Jakarta, media perkebunan.id – Harus diakui, disaat semua sektor terpukul oleh adanya Covid-19, tapi kinerja sektor pertanian tidak terpengaruh, termasuk sub sektor perkebunan sebagai bagian dari pertanian.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen pada triwulan II-2021 dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

“Lima lapangan usaha utama, yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, semuanya bila diakumulasikan menyumbang 64,85 persen terhadap PDB Triwulan kali ini,” ungkap Kepala BPS Margo Yuwono.

Selain, itu menurut data BPS pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal ke II kontribusi tanaman Perkebunan tumbuh 0,33 persen diakibatkan oleh peningkatan produksi komoditas kelapa sawit karena didukung musim kemarau yang tidak ekstrim, pertambahan luas tanam yang mulai menghasilkan, serta pertumbuhan konsumsi domestik. Tingginya permintaan akan rempah-rempah untuk penambah imun disaat pandemi covid-19 juga ikut mempengaruhi kinerja perkebunan.

Artinya, walaupun pandemi covid – 19 masih berlangsung, hal ini tidak memberi dampak kepada negatif pada sub sektor perkebunan. Perkebunan di luar Jawa dan Bali, masih memebrikan respon positif.

Hal tersebut dibuktikan dengan salah satunya yakni Merdeka Ekspor Pertanian Tahun 2021 yang mencapai Rp7,29 triliun.

“Ekspor yang akan dilepas pada kesempatan ini sebesar 627,4 juta ton, nilainya Rp 7,29 triliun, meliputi komoditas yang pertama perkebunan 564,6 juta ton, tanaman pangan 4,3 juta ton, hortikultura 7,2 juta ton, peternakan 4,0 juta ton, dan beberapa komoditas lainnya,” jelas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Lebih lanjut, secara keseluruhan Ditjen Perkebunan (Ditjen Bun), Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan nilai ekspor komoditas utama, andalan dan pengembangan perkebunan periode 2020-2024 sebesar US$74,31 milliar atau setara Rp 1.040,33 trilliun.

Baca Juga:  Kemendag Lakukan Terobosan Tingkatkan Ekspor Diversifikasi Rempah

Sehingga, untuk mengejar seluruh target tersebut Ditjen Bun mendorong pengembangan logistik benih, meningkatkan produksi dan produkivitas, meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor.
“Kami juga mendorong modernisasi perkebunan , pembiayaan melalui KUR (kredit usaha rakyat), peningkatan kapasitas SDM (sumber daya manusia), optimasi jejaring stakeholder,” ucap Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan Heru Tri Widarto.

Lebih lanjut, Heru mengakui bahwa dan KUR juga bisa digunakan untuk melakukan peremajaan sawit rakyat (PSR). Adapun program PSR mencakup 21 provinsi utamanya Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Selatan.

Jadi ada banyak manfaat yang bisa diambil dari PSR, jika program tersebut di optimalisasi, salahsatunya dengan pola tumpang sari saat melakukan PSR. Jadi bukan hanya petani, tapi juga industri dan pemerintah dalam hal ini negara.

Sebab, dengan melakukan PSR maka produktivitas yang dihasilkan pada tanaman periode berikutnya akan lebih tinggi dari sebelumnya. Industri akan mendapatkan jaminan pasokan bahan baku, dan negara akan mendapatkan devisa lebih tinggi lagi, mengingat kebutuhan negara luar akan produk sawit dan turunannya juga semakin meningkat. (yin)