Solo, Mediaperkebunan.id
Sebagai upaya meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan dan dibangunnya nursery modern, perkebunan saat ini membutuhkan varietas-varietas unggul baru. Namun sedikit terkendala karena pengusulan varietas unggul baru setiap tahunnya semakin menurun.
“Kedepannya kita harus dorong supaya lebih banyak lagi pengusul varietas unggul baru dengan memberikan insentif. Direktorat Perbenihan Perkebunan seharusnya tidak lagi hanya berperan sebagai wasit namun harus lebih banyak mendorong pengusulan dan kalau masih ada kekurangan ikut membiayai,” kata Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah dalam acara Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan Semester II tahun 2022 di Solo.
Beliau menegaskan apabila tidak ada usaha untuk melepaslkan varietas unggul baru kedepannya nursery modern hanya menggunakan varietas yang itu-itu saja , misalnya untuk program Presiden 1 juta kelapa genjah hanya Kuning Nias, Kuning Bali sebab hanya itu yang ada kebun induknya.
Disii lain masih banyak calon sumber benih lain seperti kelapa pandan wangi di Riau yang lebih manis daripada di Medan tetapi saat ini belum bisa dilepas varietasnya karena berbagai kekurangan yang ada. Ditjenbun harus hadir membantu calon pemilik varietas baru supaya kelapa ini juga jadi varietas unggul baru.
Setelah dilepas juga harus didampingi dilakukan monitoring dan didorong supaya kebun-kebun induknya bisa dibangun. Kalau yang bisa mengembangkan sendiri silakan, tetapi kalau yang tidak mampu bisa dicarikan bapak angkat. Benih unggul baru hasil pelepasan varietas ini menjadi bisnis baru.
Ditjenbun sedang mengembangkan nilai dan tatanan baru yaitu lebih responsif. Kendala-kendala yang dihadapi pengusul calon varietas baru supaya bisa lolos harus diatasi. Juga kendala dalam pembangunan kebun induk harus dibantu.
Pengalaman di Solo Raya ini luas lahan pekarangan 60-70% dari luas lahan pertanian. Bisa ditanami kelapa tetapi mereka tidak tanam karena benihnya sulit diakses. Mereka tidak tahu harus membeli benih kelapa dimana.
Akses kepada benih unggul ini harus ditingkatkan, salah satunya permudah pelepasan varietas benih unggul baru. Sekiranya ada regulasi yang selama ini dirasakan sebagai hambatan perlu ditinjau kembali untuk diharmonisasi demi memenuhi kebutuhan hukum masyarakat.
Setelah itu perlu dibuat pedoman umum monitoring. “Saya yakin dari sekian banya varietas unggul yang dilepas mungkin 50% kebun induknya belum ada. Contohya kelapa Bido yang sudah lama dilepas varietasnya ternyata sekarang mencari 2.000 benih saja tidak ada. Saya minta Direktorat Perbenihan mengambil alih kebun induk Kelapa Bido ini. Sayang varietas yang bagus ini jadi tidak banyak dimanfaatkan,” tuturnya.
Mudahkan bagi varietas unggul yang dilepas membangun kebun induk. Kalau tidak mampu harus dibantu. Bisa dicarikan bapak angkat sebab sehingga investasi masuk.
Dirjenbun juga sedang menjajaki kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan anggaran mereka membangun nurserynya sedang Ditjenbun menggunakan. Ini juga salah satu nilai dan tatanan baru Ditjenbun yaitu kolaborasi, sebab kita tidak mampu melaksanakan segala sesuatu sendiri.
Ditjenbun dalam pengembangan benih harus meniru korporasi sehingga benih unggul itu banyak digunakan. “Saya tidak mau hanya menandatangi surat pelepasan saja setelah itu tidak tahu lagi apakah kebun induknya sudah dibangun atau belum, atau bagaimana penggunaanya nanti tidak jelas,” kata Andi lagi.
Legacy dan kebanggannya tim pelepasan varietas Ditjenbun adalah bila benih yang dilepas ini banyak digunakan. Ditjenbun harus bergerak cepat, sebab perkebunan merupakan komoditas ekspor. Apabila lambat maka akan banyak potensi ekspor yang hilang.
Dalam sidang pelepasan ini ada tiga proposal yaitu Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (tebu calon varietas/klon PSJT 97-55, PSJT 94-41, PS 05-553, PS 09-1532, PS 06-166 dan PS 05-530); Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman, Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Palma (kelapa calon varietas Karambia Pariaman); Dinas Pertanian Kabupaten Bandung bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (tembakau rajangan calon varietas Simojang, Himar dan Kayangan).
Direktur Perbenihan Perkebunan, Saleh Mohktar menambahkan bahwa sampai saat ini ada 605 varietas unggul baru perkebunan yang sudah dilepas. Kecenderungan pelepasan varietas setiap tahun semakin menurun.
Tahun 2018 ada 48 usulan disetujui semua, 2019 ada 52 varietas disetujui 49 ditolak 3, 2020 ada 9 usulan 8 disetujui 1 tidak, 2021 ada 17 usulan disetujui semua. Tahun 2022 semester 1 ada 16 usulan, 12 disetujui 4 ditolak.