Jakarta, Mediaperkebunan.id
Program Direktorat Perlindungan Perkebunan, Ditjen Perkebunan, tahun 2021 fokus pada pengaruh dampak perubahan iklim terhadap perkebunan, terutama dari sisi mitigasi dan adaptasinya. Upaya mengatasi dampaknya seperti tanah longsor , banjir bekerjasama dengan instansi lain. Ardi Praptono, Direktur Perlindungan Perkebunan menyatakan hal ini.
Petani perkebunan diberi pembekalan tentang perubahan ikimi, dampaknya dan bagaimana melakukan mitigasi dan adaptasi. Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak emisi gas rumah kaca sedang adaptasi bagaimana melakukan tindakan penyesuaian untuk menghadapi dampak negatif perubahan iklim.
Salah satu dampak perubahan iklim adalah banjir ketika hujan dan kekeringan ketika mengalami musim kemarau. Upaya yang dilakukan adalah membangun embung untuk memanen air hujan dan digunakan ketika sedang musim kemarau. Bantuan yang diberikan pada petani adalah alat membuat embung dan pipa untuk menyalurkan air dari embung ke areal perkebunan rakyat.
Upaya lain adalah dengan membangun biopori dan rorak untuk menambah resapan air ke dalam tanah. Rorak dan biopori ini diisi dengan bahan organik sehingga menjadi sumber pupuk organik bagi tanaman perkebunan rakyat. Bantuan yang diberikan adalah alat membuat biopori dan rorak.
Sedang pengurangan emisi gas rumah kaca dengan mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Pekebun diberi bantuan ternak, kandang ternak, alat pencacah kompos, ayakan, kereta dorong dan alat-alat lain untuk membuat pupuk organik. Kotoran ternak, limbah perkebunan dijadikan kompos untuk pupuk organik.
Sedang untuk menyerap karbon pada tanaman perkebunan tertentu seperti kopi dan kakao yang memerlukan tanaman penaung , dipilih tanaman yang menyerap karbon diokasida lebih banyak. Sistim pertanian konservasi diterapkan untuk mengatasi masalah erosi.
Tahun 2021 diawali dengan La Nina yang membuat curah hujan sangat tinggi di beberapa wilayah. Biasanya setelah La Nino diikuti dengan El Nino yang membuat kekeringan. Hal yang harus diwaspadai adalah kebakaran.
Upaya pencegahan adalah konsentrasi pada Kelompok Tani Peduli Api yang sudah terbentuk 142 kelompok tani dengan anggota 2.130 anggota. Pembentukan Kelompok Tani Peduli Api bekerjasama dengan perusahaan perkebunan.
Juga operasional Brigade Kartabun di dinas perkebunan. Upaya mengatasi kebakaran lahan dan kebun ini bekerjasama dengan perusahaan perkebunan, kepolisian, TNI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sosialisasi pembukaan lahan tanpa bakar tetap dilakukan pada masyarakat tradisional yang biasa membuka lahan untuk bertani. Mereka juga diberi bantuan benih dan pupuk. Perusahaan perkebunan disekitarnya juga diminta memberikan bantuan alat berat.
Program lainnya yaitu desa organik masih berjalan tetapi fokus pada kelompok yang sudah dibina dengan program memperoleh sertifikat organik. Dengan sertifikat organik maka jalan untuk mengekspor produk organik terbuka lebar dengan harga premium.
Ditjen Perkebunan ditetapkan membentuk 150 desa organik berbasis komoditi perkebunan. Konsep organik perkebunan adalah kelompok tani diberi bantuan hewan ternak baik berupa kambing, domba atau sapi.
Hewan ternak ini kotorannya digunakan untuk pupuk sedang urine bisa jadi pestisida alami. Untuk mengendalikan penyakit maka petani diajari membuat pestisida nabati dari daun-daun tanaman disekitarnya juga agen pengendali hayati. Ditjenbun juga membiayai sertfifikat organik oleh lembaga sertifikasi organik.
.
.