Medan, mediaperkebunan.id – Para petani kelapa sawit swadaya yang ada di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera telah dibantu oleh FORTASBI, SNV, dan lembaga lainnya untuk mengembangkan pola pertanian atau perkebunan yang regeneratif demi menjaga kesuburan tanah.
Para petani sawit dimaksud, seperti dikutip dari laman resmi FORTASBI, Senin (2/6/2025), berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar), Provinsi Jambi, serta di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Perlu diketahui bahwa FORTASBI merupakan akronim dari Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia, sebuah wadah bagi para petani kelapa sawit dari berbagai kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan) atau pun koperasi di berbagai Indonesia yang umumnya telah meraih sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Sementara SNV adalah akronim dari Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV), sebuah organisasi pembangunan internasional nirlaba dari negara kincir angin, Belanda, yang fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal untuk keluar dari kemiskinan melalui pendekatan inovatif dan berkelanjutan.
Pelatihan pertanian regeneratif itu bertujuan agar tanah Kembali subur dan dapat digunakan untuk pertanian jangka panjang. Saat pelatihan di Provinsi Sumut, kolaborasi Fortasbi dan SNV didukung oleh Unilever, dengan tujuan untuk mengembangkan kerjasama dalam program dukungan untuk petani swadaya untuk sertifikasi sawit berkelanjutan dan promosi pertanian regeneratif.
FORTASBI dan SNV mengedepankan penggunaan pupuk kompos dari sumber kotoran ternak, di Jambi FORTASBI mempromosikan penggunakan pupuk kompos dari limbah Tandan Kosong (Tankos) Kelapa sawit.
Pertanian regeneratif bukan hanya tentang menghasilkan minyak sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, tetapi memulihkan kesehatan tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
Pertanian regeneratif diyakini sistem pertanian yang melampaui praktik berkelanjutan. bukan sekadar mengurangi dampak negatif, pendekatan regeneratif ini aktif bekerja untuk memperbaiki dan meregenerasi ekosistem pertanian.
Bagi petani sawit swadaya, adopsi prinsip-prinsip didorong oleh kesadaran akan pentingnya menjaga kesuburan tanah atau lahan untuk generasi mendatang, dan mengurangi ketergantungan pada input kimiawi yang mahal.
Salah satu praktik kunci dari program, FORTASBI memberikan peningkatan kapasitas berupa pelatihan BMP dan pertanian regeneratif yang mencakup cara panen, pemeliharaan termasuk aplikasi pupuk, dan cara membuat dan menggunakan kompos.
Bahkan, pelatihan standar keberlanjutan yang masuk ke dalam pelatihan Best Management Practices (BMP), High Conservation Value (HCV) dan Persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (PADIATAPA) atau Free, Prior, and Informed Consent (FPIC).
Dalam program kolaborasi dengan SNV ini, telah ada sekitar 1.558 petani sawit swadaya mendapatkan manfaat dan memiliki pengetahuan tentang manajemen perkebunan, persyaratan standar keberlanjutan.
Petani sawit juga mendapatkan pengetahuan pertanian regeneratif melalui pengurangan penggunaan bahan kimia dengan pengelolaan residu panen juga menjadi fokus utama.
Alih-alih membakar pelepah dan tandan kosong kelapa sawit, para petani swadaya didorong mengolahnya menjadi kompos atau mulsa.
Saat pelatihan di Tanjabar, Jambi, ada sekitar 750 petani swadaya yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan mengenai pertanian regeneratif yang diadakan FORTASBI dan SNV
Model pertanian regeneratif sebetulnya tidak hanya penggunaan pupuk organik, tapi juga pengelolaan lahan yang minim kimia berupa herbisida dan pestisida juga menjadi bagian dari model pertanian regenerative.
Untuk itu, FORTASBI bersama dengan NGO yang konsen dengan pertanian regeneratif akan terus mempererat kolaborasi untuk terus mempromosikan model pertanian regenerative sebagai solusi untuk pemulihan kesuburan tanah sebagai kunci dari pengelolaan sawit berkelanjutan.