Sampit, mediaperkebunan.id – Penggunaan material tanam unggul pada kelapa sawit selama ini diharapkan mampu mendorong produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO yang tinggi. Namun, menurut Dadang Afandi, S.P., M.Agr., Senior Palm Oil Breeder PT Socfin Indonesia, kenyataannya di lapangan justru banyak ditemui fenomena low fruit set atau tingkat keberhasilan buah yang rendah.
“Low fruit set ini terjadi karena kurangnya penyerbukan efektif sehingga brondolan yang diharapkan jadi hanya sebagian kecil saja. Ini tentu berdampak pada turunnya produktivitas sawit secara keseluruhan,” jelas Dadang dalam acara TKS & Field Trip Sampit, Kalimantan Tengah.
Dadang menekankan bahwa dalam proses pemuliaan (breeding) fokus utamanya adalah peningkatan produksi CPO, pertumbuhan tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Karena CPO berkorelasi erat dengan produksi TBS, maka varietas unggul sering kali menghasilkan tandan yang banyak namun justru memiliki tantangan pada penyerbukan akibat ketidakseimbangan antara bunga jantan dan betina.
“Kalau tandannya banyak, bunga jantannya sedikit. Ketidakseimbangan ini yang memicu rendahnya fruit set. Padahal, keberhasilan produksi sangat tergantung pada proses polinasi,” tambahnya.
Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Polinasi
Menurutnya polinasi yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor utama, antara lain:
- Kumbang Penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus): Hanya bisa berkembang biak di bunga jantan. Populasinya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bunga jantan dan kondisi lingkungan.
- Kultur Teknis: Penanaman dengan kerapatan tinggi, penggunaan pestisida berlebihan serta pengendalian gulma dan tikus yang tidak tepat bisa membunuh atau mengurangi aktivitas kumbang penyerbuk.
- Faktor Lingkungan: Daerah yang terlalu lembab, terlalu subur, atau terisolasi dari sumber kumbang, serta luasnya areal peremajaan bisa mengganggu keseimbangan ekosistem polinasi.
- Iklim: Curah hujan tinggi atau suhu ekstrem (>33°C) enam bulan sebelum pembentukan buah dapat menurunkan aktivitas dan efektivitas penyerbukan.
Strategi Mengatasi Low Fruit Set
PT Socfin Indonesia telah menerapkan berbagai strategi untuk mengatasi masalah ini mulai dari pendekatan kultur teknis hingga teknologi penyerbukan buatan. Beberapa di antaranya adalah:
- Assisted Pollination (Aspol): Metode ini terbukti mampu meningkatkan fruit set hingga 80-90%, meski dengan biaya operasional tinggi.
- Hive System & Hatch and Carry: Mengambil kumbang dari bunga jantan yang sedang aktif dan menyebarkannya ke blok yang kekurangan kumbang penyerbuk.
- Penggunaan Super Male: Tanaman khusus penghasil bunga jantan untuk mendukung populasi Elaeidobius kamerunicus. Efektivitasnya mampu meningkatkan produksi hingga 24% per tahun.
- Penangkaran Terpusat: Membuat ‘bank’ bunga jantan di estate untuk menetaskan kumbang secara terkontrol dan efisien.
- Kultur Teknis Ramah Lingkungan: Menghindari penggunaan pestisida berlebihan, menjaga kelembapan optimal, dan memanfaatkan predator alami seperti burung hantu untuk pengendalian tikus.
Selain itu, Dadang juga menyarankan agar peremajaan sawit dilakukan secara bertahap dan tidak dalam skala luas agar tidak menghancurkan habitat kumbang penyerbuk yakni Elaeidobius kamerunicus. Kemudian integrasi penanaman dengan super male dan pengaturan pola tanam akan sangat menentukan keberhasilan produksi jangka panjang.
“Kalau kita tidak mengelola ini secara bijak, penanaman besar-besaran justru bisa membunuh puluhan ribu habitat kumbang penyerbuk. Sementara, kita sedang butuh mereka dalam jumlah sangat besar,” tegasnya.

