Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 38 provinsi di Indonesia pada Desember 2024, NTP (Nilai Tukar Petani) secara nasional naik 1,23 persen dibandingkan NTP November 2024, yaitu dari 121,29 menjadi 122,78. Kenaikan NTP pada Desember 2024 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal. Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik menyatakan hal ini.
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Kenaikan NTP Desember 2024 dipengaruhi oleh naiknya NTP di seluruh subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,02 persen; Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 5,26 persen; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,05 persen; Subsektor Peternakan sebesar 0,28 persen; dan Subsektor Perikanan sebesar 0,62 persen.
Pada Desember 2024 terjadi kenaikan Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 2,05 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 2,57 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,51 persen. Peningkatan It Desember 2024 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas kelapa sawit dan kakao sebesar 2,57 persen.
Kenaikan Ib sebesar 0,51 persen yaitu disebabkan oleh kenaikan Indeks Kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,66 persen dan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,04 persen. Dari 38 provinsi, sebanyak 29 provinsi mengalami kenaikan NTP dan sembilan provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi pada Desember 2024 terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 4,47 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 1,13 persen.
Kenaikan tertinggi NTP di Provinsi Sulawesi Tengah disebabkan oleh kenaikan pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat khususnya komoditas kakao yang naik sebesar 8,88 persen. Penurunan terbesar NTP di Provinsi Papua Barat disebabkan oleh penurunan pada Subsektor Tanaman Hortikultura khususnya komoditas cabai rawit yang turun sebesar 16,08 persen.
Pada tanaman perkebunan rakyat komoditas yang mengalami perubahan harga paling tinggi Desember 2024 adalah Kelapa sawit 1,28% dengan provinsi yang mengalami perubahan harga terbesar Sulawesi Barat 6,22%, Papua Selatan 5,74%, Banten 4,35%. Kemudian kakao/coklat biji 0,69% dengan perubahan harga terbesar di Sulawesi Utara 23.95%, Riau 15,74%, Gorontalo 13.53%. Kopi perubahan harga 0,3% paling tinggi di Papua Selatan 25%.
NTP Januari–Desember 2024 menggambarkan NTP yang terjadi selama tahun berjalan. Secara nasional, NTP Januari–Desember 2024 lebih tinggi 6,36 persen dibandingkan NTP Tahun 2023 pada periode yang sama. Perubahan tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 16,05 persen. NTP Januari–Desember 2024 tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yakni sebesar 149,10 dan terendah terjadi pada Subsektor Perikanan yakni sebesar 101,88.
Pada tahun 2024, secara nasional perubahan indeks harga yang diterima petani sebesar 9,79 persen. Beberapa komoditas produksi pertanian yang memberikan andil inflasi terbesar diantaranya adalah gabah sebesar 2,44 persen, kelapa sawit sebesar 2,16 persen, dan karet sebesar 1,26 persen.Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) merupakan perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (It) dengan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Secara nasional, NTUP Januari–Desember 2024 lebih tinggi 8,00 persen dibandingkan NTUP Tahun 2023 pada periode yang sama.
NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat Januari-Desember 2023 127,67 sedang Januari – Desember 2024 151,23 atau naik 18,45 %. NTUP Tanaman Perkebunan Rakyat November 2024 162,78 sedang Desember 2024 166,91 atau naik 2,54%. Lt Desember 2024 199,9 (naik 2,57%) sedang BPPBM 119,76 (naik 0,04%). Andil komoditas BPPBM urea 0,01%, ongkos angkut 0,01% , upah menuai/panen 0,01%.