Medan, Mediaperkebunan.id
Volume ekspor karet Sumatera Utara pengapalan September sebanyak 27,843 ton atau naik tipis 521 ton (1,9%) dibandingkan bulan lalu. Kinerja ekspor ini masih tertahan karena adanya delay shipment dari pihak buyer. Eddy Irawadi, Sekretaris Eksekutif GAPKINDO Sumut menyakan hal ini.
Delay shipment karena kelangkaan palet-metalbox masih berlanjut. Sedangkan delay shipment karena mother vessel over space sudah mulai berkurang. Namun secara kumulatif Jan-Sept 2021 ada penurunan 1.658 ton (0,6%) dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun 2020.
Jepang menempati posisi pertama sebagai tujuan ekspor. Berikut adalah top 5 negara tujuan ekspor pada September 2021 : Jepang (25,9%), USA (20,6%), Brazil (9,2%), China (7,7%), Turki (4,6%).Pengapalan pada Oktober ini masih diwarnai adanya delay sehipment.
Kondisi ketersediaan bahan baku belakangan ini semakin memburuk. Kekurangan bahan baku tidak saja dialami oleh pabrik pengolahan karet di Sumatera Utara, di daerah lain juga mengalami hal yang sama.
I Putu Ardika, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian menyatakan secara terpisah, gambaran industri karet adalah terdiri dari 148 industri crumb rubber dengan total kapasitas 5,9 juta ton, menyerap tenaga kerja 60.9809 orang. Produksi 3,037 juta ton dalam bentuk SIR (crumb rubber ) 95%, lateks pekat 1%, RSS 4%.
Ekspor 2,4 juta ton dan konsumsi dalam negeri 598.000 ton untuk ban roda 4 242.000 ton (40,45%), ban roda 2 52.150 ton (8,72%), sarung tangan 47.137 ton (7,88%), alas kaki 71.627 ton (11,97%), vulkanisir ban 73.275 ton (12,25%), vulkanisir lainnya 49.537 ton (8,28%), MRG 9.974 ton (1,67%), karpet 6.704 ton (1,12%), rubber article 23.388 ton (3,91%), benang karet 6.500 ton (1,09%).
Kebun karet di Indonesi paling luas di Sumsel 870.144 ha dengan produksi 804.768 ton melibatkan 386.852 KK. Ada 30 pabrik CR dengan kapasitas 1,889 juta ton 1 pabrik lateks dengan kapasitas 140.000 ton dan 2 pabrik RSS dengan kapasitas 7.000 ton.
Kemudian Jambi 396.825 ha, produksi 262.831 ton, petani 134.362 KK ada 13 pabrik CR dengan kapasitas 644.000 ton. Sumatera Utara 396.678 ha, produksi 327.670 ton petani 187.844 KK 28 pabrik CR dengan kapasitas 870.000 ton, 3 pabrik lateks dengan kapasitas 48.000 ton dan 5 pabrik RSS dengan kapasitas 39.000 ton.
Kalimantan Barat 391.672 ha, produksi 236.031 ton, petani 278.814 KK, 16 pabrik CR kapasitas 533.000 ton, 1 pabrik RSS 7.000 ton. Riau 329.461 ha, produksi 291.909 ton, petani 171.648 KK, 8 pabrik CR 297.000 ton. Kalimantan Tengah 293.441 h, produksi 125.921 ton, petani 170.455 KK, 6 pabrik CR 336.000 ton. Kalimantan Selatan 200.805 ha, produksi 145.089 ton petani 171.660 KK, 10 pabrik CR 293.000 ton