Pagar Alam, mediaperkebunan.id – Setiap tahun kopi jenis Arabika berkualitas tinggi mampu dihasilkan oleh para petani dari berbagai desa yang ada di Kotamadya Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Tahun 202l3 saja, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari berbagai sumber, Senin (30/6/2025), pihak Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel mencatat kalau Kotamadya Pagar Alam mampu menghasilkan kopi sebanyak 18,21 ribu ton.
Dengan jumlah produksi sebesar tersebut, terbuka peluang besar untuk memperluas pasar ekspor. Capaian pengiriman sebelumnya ke Australia sebanyak 19,8 ton dan Malaysia sebanyak 58,2 ton pada tahun 2025 ini
Saking banyaknya kopi yang diproduksi, Walikota Pagar Alam, Ludi Oliansyah, sampai bilang kalau kopi bukan sekadar komoditas, melainkan bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat Pagar Alam.
“Ini tentang identitas kita. Ketika kopi dari Pagar Alam diakui sebagai milik Sumsel, maka petani kita akan lebih dihargai dan meningkatkan perekonomian daerah,” ujar Ludi Oliansyah.
Di saat yang sama sejumlah pelaku usaha perkebunan dan pengolahan kopi di Provinsi Sumsel punya keinginan yang sama untuk mengembalikan kejayaan kopi Pagar Alam.
Untuk itu, ada dua pelaku usaha muda asal Sumsel, Muhammad Rafi dan Novita Anggi, yang menyuarakan pentingnya membuka jalur ekspor langsung tanpa harus melalui provinsi lain.
Selama ini, kopi asal Sumsel diekspor melalui Pelabuhan Panjang, Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan oleh perusahaan-perusahaan besar lebih dulu membangun pabrik pengolahan dan jalur logistik di Lampung
“Dampaknya cukup terasa, setiap komoditas unggulan asal Sumsel , termasuk kopi dari Pagar Alam, justru diekspor melalui daerah lain,” kata Rafi.
“Kopi Sumsel itu kualitas unggulan, tapi ironisnya, nama besarnya justru dibawa keluar daerah. Kami ingin nilai tambahnya tetap di sini, dinikmati petani dan pelaku usaha lokal,” tutur Rafi menambahkan.
Hal senada disampaikan Novita yang menilai ekspor langsung dari Sumsel bukan hanya mungkin, tetapi juga perlu didorong secara serius dengan dukungan lintas sektor.
“Ini soal keberpihakan. Jika ada pabrik pengolahan besar di Sumsel, maka petani kita bisa lebih sejahtera dan ekosistem industri kopi kita akan tumbuh lebih sehat,” harapnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Karantina Sumsel, Sri Endah, menekankan pentingnya peran perusahaan-perusahaan besar yang selama ini membeli kopi dari Pagar Alam untuk lebih aktif berkontribusi terhadap penguatan ekosistem industri kopi di daerah.
“Ke depan, perlu adanya investasi langsung seperti fasilitas pengolahan atau kemitraan strategis di Sumsel ini. Dengan begitu, nilai tambah dari hulu hingga hilir tetap berada di Sumsel,” ungkapnya.
Dorongan ekspor langsung ini diharapkan bisa menjadi pemicu lahirnya investasi strategis di Sumsel, seperti pembangunan pelabuhan yang lebih besar dari pelabuhan yang sudah ada saat ini, pembangunan pengumpul, pusat pengolahan kopi, dan sistem logistik yang efisien.
.
Melalui kolaborasi ini, Karantina Sumsel berharap kopi Pagar Alam tak hanya dikenal karena kualitas dan cita rasa, tetapi juga karena sistem ekspor yang transparan, tertelusur, dan memberi manfaat langsung bagi tanah asalnya, yakni Sumatera Selatan.