Jakarta, Mediaperkebunan.id
Produksi karet tahun 2020 2.884.645 ton turun dibanding tahun 2019 yang mencapai 3.301.405 ton. Sedang tahun 2021 diperkirakan akan naik lagi menjadi 3.121.474 ton. Produksi karet rakyat tahun 2020 2.553.497 ton turun dibanding tahun 2019 2.926.613 ton sedang tahun 2021 diperkirakan akan naik jadi 2.760.886 ton.
Perkebunan besar negara 2020 137.668 ton naik dibanding tahun 2019 129.450 ton dan tahun 2021 diperkirakan akan naik lagi jadi 140.257 ton. Sedang Perkebunan Besar Swasta produksi tahun 2020 213.480 ton turun dibanding 2019 245.333 ton sedang tahun 2021 diperkirakan naik jadi 220.332 ton.
Menurut Normansyah Syahruddin, Koordinator Permasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil, Ditjenbun, penyebab penurunan produksi karet tahun 2020 adalah pandemi Covid 19. Negara-negara eksportir mengalami lockdown sehingga terjadi penumpukan karet di gudang ekspor. Akibatnya karet petani tidak terserap sehingga intensitas penyadapan menurun.
Ekspor karet Indonesia tahun 2020 ikut turun dibanding 2019 yaitu volume dari 2.503.671 ton menjadi 2.455.691 ton dengan nilai dari USD3,52 miliar menjadi USD3,24 miliar. Eskpor karet Indonesia 22% ke Amerika Serikat, 20% ke Jepang, 9% ke China, 8% ke India,7% ke Korea Selatan, sisanya negara lain.
Menurut Edy Irwansyah, Sekretaris Eksekutif GAPKINDO Sumut, ekspor karet alam yang didominasi karet remah (crumb rubber) dengan jenis SIR20 untuk pengapalan Agustus 2021 masih mengalami adanya penundaan pengapalan (delay shipment) dari buyer.Keputusan penundaan utamanya diakibatkan mother vessel pengangkut karet yang ada di transhipment port sudah penuh. Penuhnya kapal ini karena penurunan frekuensi sejak beberapa bulan yang lalu.
Transhipment port untuk ekspor karet dari Sumatera Utara ada di 3 pelabuhan negara tetangga; Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas (Malaysia), dan Port Klang (Malaysia). Delay sehipment tidak hanya dikarenakan penuhnya kapasitas mother vessel, melainkan juga disebabkan terbatasnya ketersediaan metalbox untuk palet kemasan karet.
Moch Edy Yusuf, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian nilai ekspor karet Januari-Juni 2021 mencapai USD2.055 miliar, menempati posisi nomor dua setelah sawit yang nilainya USD4,934 miliar.Demikian juga terhadap variabel ekonomi makro, sumbangan utama perkebunan adalah pada pembentukan modal tetap bruto dengan kontribusi terbesar kelapa sawit setelah itu karet.
Gambaran industri karet adalah terdiri dari 148 industri crumb rubber dengan total kapasitas 5,9 juta ton, menyerap tenaga kerja 60.9809 orang. Produksi 3,037 juta ton dalam bentuk SIR (crumb rubber ) 95%, lateks pekat 1%, RSS 4%.
Ekspor 2,4 juta ton dan konsumsi dalam negeri 598.000 ton untuk ban roda 4 242.000 ton (40,45%), ban roda 2 52.150 ton (8,72%), sarung tangan 47.137 ton (7,88%), alas kaki 71.627 ton (11,97%), vulkanisir ban 73.275 ton (12,25%), vulkanisir lainnya 49.537 ton (8,28%), MRG 9.974 ton (1,67%), karpet 6.704 ton (1,12%), rubber article 23.388 ton (3,91%), benang karet 6.500 ton (1,09%).
Kebun karet di Indonesi paling luas di Sumsel 870.144 ha dengan produksi 804.768 ton melibatkan 386.852 KK. Ada 30 pabrik CR dengan kapasitas 1,889 juta ton 1 pabrik lateks dengan kapasitas 140.000 ton dan 2 pabrik RSS dengan kapasitas 7.000 ton.
Kemudian Jambi 396.825 ha, produksi 262.831 ton, petani 134.362 KK ada 13 pabrik CR dengan kapasitas 644.000 ton. Sumatera Utara 396.678 ha, produksi 327.670 ton petani 187.844 KK 28 pabrik CR dengan kapasitas 870.000 ton, 3 pabrik lateks dengan kapasitas 48.000 ton dan 5 pabrik RSS dengan kapasitas 39.000 ton.