2022, 20 November
Share berita:

Bogor, mediaperkebunan.id – Pertanian kembali terbukti raih prestasi membanggakan, berdasarkan dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS, angka sementara), terlihat bahwa nilai ekspor pertanian Januari-September 2022 sebesar 485,16 Triliun Rupiah atau naik 7,29 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Ini menunjukkan, sub sektor perkebunan terbukti menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 459,28 Triliun Rupiah (94,67 persen).

“Hal ini tentu tidak terlepas dari peran semua insan perkebunan dan pihak terkait lainnya, sehingga mampu menjadi penopang ekonomi nasional. Subsektor perkebunan terus menunjukan kinerja terbaiknya, momentum ini harus kita jaga bersama agar Indonesia bisa terus pulih, tumbuh dan maju. Dalam mewujudkan pembangunan pertanian yang maju mandiri modern, Kementerian Pertanian melaunching Corporate Identity sebagai lambang era baru perkebunan Indonesia, dan transformasi nilai serta tatanan baru dalam bekerja, yaitu perkebunan bioindustri, dengan Corporate Identity berupa logo dan tagline Fokus-Responsif-Kolaboratif,” ujar Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo di Bogor.

Syahrul pun menegaskan, “kita harus Fokus, terarah dalam pembangunan perkebunan, mempunyai prioritas terhadap komoditas yang akan ditingkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah, daya saing. Efisien dalam pemanfaatan sumberdaya, terukur dalam menetapkan target dan tujuan.”

Selanjutnya, Responsif, kepekaan yang tinggi dalam merespon kebutuhan dan permintaan stakeholder, segera memberikan solusi yang cepat terhadap dinamika pembangunan perkebunan, dan kemudahan akses terhadap inovasi, dan teknologi baru.

“Dan tentunya kita perlu Kolaboratif, berkerja utuh, integratif, kerjasama, kolaborasi, memperluas jejaring dalam semangat membangun perkebunan untuk peningkatan perekonomian Indonesia dalam menghadapi krisis global,” tambah Syahrul.

Transformasi nilai dan tatanan baru tersebut harus menjadi semangat dan komitmen bersama dalam gerak langkah membangun perkebunan yang semakin maju, mandiri dan modern, serta diimplementasikan saat mengembangkan dan merealisasikan program-program perkebunan.

Baca Juga:  Sambut Dirgahayu RI, Perkebunan Ekspor 564,6 Juta Ton

Menurut Syahrul, saat ini terdapat 7 (tujuh) program prioritas yang menjadi reorientasi Ditjen Perkebunan diantaranya Logistik Benih Perkebunan (BUN500) yang terdiri dari Penguatan Nursery dan Perbenihan Mandiri yang sudah mulai kita fasilitasi dan kita kawal, Pengembangan Komoditas Berbasis Kawasan yang terdiri dari Kawasan Tanaman Tahunan dan Penyegar (kopi, kelapa, kakao, karet, teh, jambu mete, sagu) serta Kawasan Tanaman Semusim dan Rempah (tebu, lada, pala, cengkeh dan vanilli), Peningkatan Mutu dan Pengembangan Produk Baru Perkebunan Peningkatan Produksi dan Pengendalian OPT, Perkebunan Partisipatif (PASTI) yang terdiri dari Peningkatan Kapasitas Usaha Kelapa Genjah Pandan Wangi dan Pabrik Mini Minyak Goreng (PAMIGO), Ekosistem Perkebunan (EKSIS) melalui Korporasi Kopi (Java Preanger Lestari Mandiri – JPLM), serta Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria).

“Tentu tak hanya berhenti sampai disini saja, diharapkan kedepannya Direktorat Jenderal Perkebunan akan lebih detail, utuh, berjalan baik dan operasional, tidak berhenti pada tingkat distribusi program tapi harus mampu mengendalikan dan memastikan seluruh program berjalan baik dan operasional, serta memiliki kesamaan visi, tujuan, nilai kontribusi, kepercayaan, kebiasaan, bahasa, sistem, simbol dan kebanggaan, serta mampu mengakselerasi gerakan dan program pembangunan perkebunan semakin efisien, efektif dan partisipatif, sekaligus menjadi cerminan dari target-target capaian program pembangunan perkebunan. Karena program kerja Direktorat Jenderal Perkebunan harus mampu memberikan solusi dari hambatan dan permasalahan yang dihadapi pekebun secara cepat,” harap Syahrul.